[caption id="attachment_204417" align="aligncenter" width="400" caption="Iktikaf, saatnya memberikan ruang jiwa untuk berkomunikasi dengan Sang Maha Pendengar"][/caption]
Dalam roda kehidupan, ada masa manusia mengalami sebuah masalah. Terkadang masalah itu begitu besar sehingga menyesakkan dada dan memberatkan pikiran. Kesulitan bisa datang bertubi-tubi sampai rasanya tidak ada pintu terbuka dan hanyalah kesepian yang melanda. Keimanan mulai terusik dan keyakinan mulai terombang-ambing meragukan akan adanya pertolongan Tuhan, Keluh kesah tak terhindarkan dan logika mulai mempertanyakan keadilan. Muncul pertanyaan "Apakah salah kita? Makna apa yang akan kita dapatkan dari ujian ini? Apakah kita mampu menghadapi semua ini sendiri?"
[caption id="attachment_204339" align="aligncenter" width="400" caption="Berwisata hati dengan iktikaf, belajar arti kehidupan melalui introspeksi"]
Dalam perenungannya menghadapi masalah, pada dasarnya manusia mengharapkan pertolongan. Secara alami, nurani manusia akan merindu Sang Penguasa Jiwanya untuk menuntunnya untuk mendamaikan diri untuk menemukan jalan keluar masalahnya. Namun, terkadang manusia baik sengaja maupun tidak, sering menutup ruang jiwanya untuk berkomunikasi dengan Tuhan karena sudah berpikir matematis bahwa keajaiban tidak akan terjadi. Padahal dengan memasrahkan segala urusan dengan Sang Penguasa Jiwa, manusia tidak akan merasakan kelelahan. Manusia akan lelah tiada tara bila terus bergantung dan mengharapkan kehidupan kepada manusia yang lain.
[caption id="attachment_204340" align="aligncenter" width="400" caption="Menikmati kesendirian diantara manusia untuk berbicara dengan Tuhan"]
Iktikaf, adalah suatu cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Iktikaf sendiri berasal dari kata bahasa Arab Akafa yang berarti mengurung diri. Dalam pengertian singkat, iktikaf adalah kegiatan berdiam diri di masjid, tidak berbicara dengan manusia lain, dan hanya berniat berinstopeksi atas segala kesalahan diri untuk mendapat ridho dan petunjuk Illahi. Iktikaf bisa dilakukan di segala waktu, bisa singkat maupun lama. Pada hakekatnya, jiwa akan merasa tenang bila sudah terkoneksi dengan Sang Penciptanya. Energi akan kembali tumbuh dan dengan cara yang tiada terduga insya Allah pertolongan akan datang, entah itu cepat maupun lambat.
[caption id="attachment_204341" align="aligncenter" width="400" caption="Berikitikaf mencari petunjuk Illahi"]
Iktikaf memberikan kesadaran bahwa berwisata rohani bisa dilakukan secara sederhana. Wisata rohani bisa dilakukan di masjid di dekat rumah, dekat kantor, atau dekat sekolah. Masjid adalah rumah Allah dan terbuka bagi semua umat muslim untuk mendatanginya. Sering manusia terjebak hiruk pikuk masalah, beban pekerjaan, atau kendala ekonomi membuat psikologi merasa jalan keluar itu hanya bisa didapat melalui perjalanan jauh ke ujung gunung atau ke seberang samudera. Mencari ketenangan spiritual, bila dalam keaddan tidak mampu secara ekonomi, Â tak selalu harus dengan mengeluarkan materi yang berlimpah untuk melakukan ke perjalanan ke tempat tertentu. Iktikaf adalah salah satu cara menemukan solusi yang sangat sederhana asal dilakukan penuh dengan kesungguhan hati. Wisata rohani yang sejati adalah saat manusia mampu menyerahkan ruang jiwa sepenuhnya untuk berkomunikasi dengan Illahi; tanpa selalu harus dengan materi berlimpah untuk melakukannya; dan iktikaf adalah salah satu medianya.
[caption id="attachment_204342" align="aligncenter" width="400" caption="Berdiam diri di masjid"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H