Mohon tunggu...
Sonny Hendrawan
Sonny Hendrawan Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar Bersama

Mari belajar bersama untuk menjadi warga negara yang melek hukum. Apabila ada tulisan yang perlu disempurnakan silahkan tinggalkan komentar Anda pada kolom komentar. Terimakasih. [PERNYATAAN] Artikel-artikel yang dibuat hanya diperuntukan untuk keperluan edukasi semata dan bukan merupakan sebuah nasehat hukum.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Pelaku Mengembalikan Uang/Barang Hasil Penipuan, Perkara Dihentikan atau Tetap Dilanjutkan?

8 Agustus 2023   11:53 Diperbarui: 16 Agustus 2023   14:21 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pengembalian Hasil Penipuan, https://www.liputan6.com/regional/read/5349402/gelapkan-dana-komite-sekolah-kepsek-sma-di-palembang-jadi

Dalam beberapa kasus, pelaku penipuan melakukan pengembalian hasil penipuan kepada korbannya baik sebagian ataupun penuh, dengan harapan perkaranya dapat dihentikan sebelum masuk ke dalam tahap persidangan. Lantas yang menjadi pertanyaan, apakah cara yang dilakukan pelaku tersebut dapat menghentikan perkara yang sedang berjalan?

Mengembalikan Uang/Barang Hasil Penipuan Bukan Merupakan Alasan Penghapus Pidana

Buku Kesatu Bab III KUHP telah mengatur terkait hal-hal yang menghapuskan pidana, antara lain:

  • Pelaku cacat atau sakit jiwanya sehingga tidak dapat bertanggungjawab (Pasal 44);
  • Pelaku berbuat karena pengaruh daya paksa (Pasal 48);
  • Pelaku melakukan perbuatan pembelaan terpaksa dan/atau pembelaan terpaksa yang melampaui batas akibat keguncangan jiwa yang hebat (Pasal 49);
  • Melaksanakan ketentuan undang-undang (Pasal 50);
  • Melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang atau tanpa wewenang (kecuali yang diperintah dengan itikad baik mengira perintah diberikan dengan wewenang dan termasuk dalam lingkungan pekerjaannya) (Pasal 51).

Berdasarkan uraian di atas, mengembalikan uang/barang hasil tindak pidana penipuan tidak termasuk ke dalam salah satu alasan untuk menghapuskan pidana, sehingga dengan kata lain walaupun pelaku telah mengembalikan seluruh hasil kejahatannya tidak lantas menghentikan perkaranya.

Restorative Justice (Keadilan Restoratif) Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Keadilan Restoratif diatur dalam beberapa peraturan salah satunya melalui Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif.

Pasal 1 angka (3) mendefinisikan,

Keadilan Restoratif adalah penyelesaian Tindak Pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, atau pemangku kepentingan untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil melalui perdamaian dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula.

Penanganan tindak pidana pada tahap penyelidikan atau penyidikan dapat dilakukan penghentian penyelidikan atau penyidikan, apabila terpenuhinya syarat-syarat yang ditetapkan untuk penanganan tindak pidana berdasarkan keadilan restoratif, antara lain:

Syarat Materiil (Pasal 5) :

  • Tidak menimbulkan keresahan dan/atau penolakan dari masyarakat;
  • Tidak berdampak konflik sosial;
  • Tidak berpotensi memecah belah bangsa;
  • Tidak bersifat radikalisme dan separatisme;
  • Bukan pelaku pengulangan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan; dan
  • Bukan tindak pidana terorisme, tindak pidana terhadap keamanan negara, tindak pidana korupsi, dan tindak pidana terhadap nyawa orang.


Syarat Formil (Pasal 6) :

  • Perdamaian dari kedua belah pihak (dibuktikan dengan surat kesepakatan perdamaian dan ditandatangani oleh para pihak), kecuali untuk tindak pidana narkotika; dan
  • Pemenuhan hak-hak korban dan tanggungjawab pelaku, kecuali untuk tindak pidana narkoba, dapat berupa : mengembalikan barang, mengganti kerugian, menggantikan biaya yang timbul dari akibat tindak pidana, dan/atau mengganti kerusakan yang ditimbulkan akibat tindak pidana (dibuktikan dengan surat pernyataan sesuai dengan kesepakatan).

Meskipun terdapat dua kemungkinan terkait dapat atau tidaknya perkara dihentikan akibat pengembalian uang/barang hasil penipuan, namun pengembalian tersebut akan menjadi pertimbangan bagi majelis hakim apabila nantinya perkara tersebut berlanjut pada proses pengadilan.

LinkedIn Sonny Hendrawan, S.H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun