Mohon tunggu...
Sonny Hendrawan
Sonny Hendrawan Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar Bersama

Mari belajar bersama untuk menjadi warga negara yang melek hukum. Apabila ada tulisan yang perlu disempurnakan silahkan tinggalkan komentar Anda pada kolom komentar. Terimakasih. [PERNYATAAN] Artikel-artikel yang dibuat hanya diperuntukan untuk keperluan edukasi semata dan bukan merupakan sebuah nasehat hukum.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nuansa Imlek di Gereja sebagai Bukti Toleransi Umat Beragama

28 Februari 2018   15:21 Diperbarui: 3 Maret 2018   09:55 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEMARANG - Pada tanggal 16 Februari 2018 lalu, semua warga Tionghua di Indonesia merayakan Tahun Baru Imlek yang ke 2569 . Tentu hari tersebut adalah hari yang dinanti-nantikan oleh warga keturunan Tionghua di Indonesia yang merayakannya, atau bahkan bagi sebagian besar warga Indonesia yang tidak merayakannya sekalipun. Momen tersebut dinanti-nantikan, karena menjadi salah satu hari libur nasional dan menjadi waktu untuk dapat berkumpul bersama keluarga besar. Belum lagi ada hal yang menjadi ciri khas dan sangat melekat pada perayaan Imlek, ya, apalagi kalau bukan saling berbagi angpao. Di sinilah, perayaan Tahun Baru Imlek terasa semakin hangat.

Jika perayaan Tahun Baru Imlek biasa dilakukan di Klenteng atau Vihara, tentu akan menjadi hal yang tidak begitu mengherankan, tetapi apa jadinya jika nuansa perayaan Tahun Baru Imlek dibawa di dalam sebuah gereja. Tentu akan menjadi unik dan menjadi hal yang tidak biasa kita saksikan. Peristiwa ini terjadi di sebuah gereja tepatnya di Kota Semarang. Gereja Bethel Indonesia Gajah Mada Semarang, adalah salah satu gereja yang mencoba untuk membawa nuansa Tahun Baru Imlek pada Ibadah Raya yang rutin dilakukan setiap hari Minggu.

Pada waktu itu, tepatnya tanggal 18 Februari 2018 nuansa Ibadah Raya yang ada di Gereja ini sedikit berbeda dengan ibadah pada hari Minggu biasanya. Awal perbedaan yang paling mencolok adalah penggunaan kostum Tahun Baru Imlek yang biasa sering digunakan. Penggunaan kostum ini sangat menarik dan menjadi pusat perhatian, karena terlihat cerah dan unik saat digunakan dalam perayaan Ibadah Raya. Belum cukup sampai di situ, pada awal ibadah, lagu-lagu pujian yang dibawakan pun diaransemen menggunakan aransemen yang bernuansa musik Mandarin. Dengan demikian, semakin kental terasa nuansa Tahun Baru Imlek pada perayaan Ibadah Raya pada hari itu.

Tentu hal ini membawa dampak positif bagi rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Peristiwa inipun menjadi contoh nyata bagaimana kita sebagai sesama Warga Negara Indonesia dapat saling menghormati dan menghargai perbedaan. Jangan memandang perbedaan sebagai suatu kekurangan atau kelemahan, tapi kita harus merubah sudut pandang tersebut, dan mulai melihat bahwa dengan adanya perbedaan akan menjadikan kita bangsa dan negara yang kaya.

Video: https://www.instagram.com/p/BfVyCOHntch/?hl=en&taken-by=gbigajahmadasemarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun