Agus Noor menetapkan diktum-diktum karya fiksi mini yaitu cerita harus menohok seperti satu pukulan tinju yan telak, cerita berkelebat bagai bayangan namun menempel di hati pembaca, serta meski cerita seminim kata namun menggambarkan seluas dunia.
Lebih lanjut Kang Gong memaparkan tiga jenis cerita pendek, diantaranya cerita pendek (short Stories), cerita pendek panjang (long short Stories) dan cerita mini atau fiksi mini.
Fiksi mini di era digital mulai lagi tumbuh seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi informasi termasuk bergeraknya media dari cetak menuju online yang membuat perubahan juga pada muatan cerpen yang sebelumnya di media massa cetak seperti koran dan majalah kini cerpen juga hadir dalam berbagai media online. Fenomena tersebut memberi perubahan tersendiri terhadap cerpen terutama dalam hal panjang kata. Hal tersebut mengingat kebutuhan pembaca di era digital yang selalu terburu-buru, cepat bosan dan harus langsung terhubung.
Untuk menemukan ide cerpen, ada proses kreatif menulis yang harus dilalui yaitu riset, menulis, swasunting.
Riset diperlukan untuk menggali ide, karakter tokoh dan ide cerita.
Kang Gong juga menyajikan beberapa contoh fiksi mini zaman dulu seperti "Rubah dan Sebuah Topeng" juga "Lembu Jantan dan Batang".
Di akhir sesi selama tiga jam tersebut, kang Gong meminta kepada peserta untuk menulis fiksi mini dengan dua tema yaitu tema anak dan tema kritik sosial.
Tidak lupa kang Gong juga memberi tips bagi penulis fiksi pemula bila ingin menerbitkan karyanya di penerbitan besar yaitu dengan menuliskan karya berdasarkan empat tema besar diantaranya forbidden love (cinta terlarang), konflik dia keluarga, Cinderella Syndrome, dan Oedipus Complex.
Pada hari kedua, Okky Madasari yang sedang berada di Singapura menyapa para peserta dari balik layar.
Menurut mbak Okky, penulis yang pernah masuk dalam lima besar anugrah sastra Khatulistiwa award 2011, proses menulis tidak lain harus dilatih lewat menulis.Â
"Tidak ada cara lain, bila mau menjadi penulis yah menulis," pungkasnya.
Bila kemudian  naskah sastra sampai kepada para pembacanya dan dinilai apakah memiliki daya dorong terhadap perubahan sosial, itu soal lain.