Setelah kamu tahu jenis pekerjaan apa yang ingin kamu jalani, kudu banget kamu cari tahu skill yang dibutuhkan. Misalnya, kamu adalah lulusan teknik informatika. Apakah kamu seorang front-end, back-end, atau devops? Jika back-end, apakah kamu suka dengan PHP atau Node Js? Nah, sudah ketahuankan skill apa saja yang dibutuhkan? Dalami.
3. Cari sertifikasi skill yang dibutuhkan
Memang, kekuatan ijasah sudah tidak sekuat dulu. Tetapi, kamu juga perlu bukti kalau kamu memang memiliki keahlian. Caranya? Ikut sertifikasi. Setidaknya, itu yang akan menjadi bukti untuk HRD bahwa kamu memiliki skill yang terstandarisasi. Misalnya, Google analytics. Kamu tidak bisa tuh, secara verbal bicara "Saya bisa Google Analytics", perlu sertifikat dari Google, yang menunjukan kamu memang memiliki kapabilitas di Google analytics. Begitu kira-kira.
4. Optimasi akun di Job Portal
Sekarang, Job Portal ada banyak macamnya. Mulai dari Job Street, hingga Tech in Asia. Ada juga yang berbentuk social media seperti linkedin. Yuk, sebelum kamu mendaftar pekerjaan di job portal tadi, mulai dari optimasi akun linkedin kamu. Kenapa? Agar perusahaan yang ingin "kepo" sama kamu, bisa jauh lebih professional. Mulai dari portfolio proyek kamu, hingga cara kamu berinteraksi dengan professional lain di Linkedin akan menjadi nilai tambah dimata pemberi kerja. Begini cara optimasi akun linkedin.
PEMBERI KERJA (employer)
Coba, kamu-kamu mas dan mbak HRD yang merasa kesulitan mencari pekerja untuk perusahaan angkat tangan. Eheeee.
Ada 2 hal kemungkinan yang terjadi:
Skill pencari kerja yang tidak memadai
Perusahaan yang tidak menarik
Kalau hal yang pertama sudah dibahas pada bagian pencari kerja. Sekarang tinggal satu hal yang menyebabkan perusahaan sulit pencari karyawan. Perusahaan tidak menarik.
Jika sudah begitu, apa yang harus dilakukan?
Employer Branding