Mohon tunggu...
Soni Herdiansyah
Soni Herdiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa_Pendidikan IPS_Universitas Pendidikan Indonesia

Halo, Kompasianer! Nama saya Soni Herdiansyah, saya berasal dari Purwakarta Jawa Barat :) Saya seorang mahasiswa aktif jurusan Pendidikan IPS S1 Universitas Pendidikan Indonesia. Saya aktif diberbagai organisasi kampus dan masyarakat, suka terhadap dunia pendidikan, sosial, dan literasi. Misalnya, saya telah mendirikan Warga Kota (Keluarga Kompasianer Purwakarta) bersama kawan-kawan Kompasianer lainnya. Menginspirasi bagi saya adalah hakikat sejati untuk membangun negeri, salah satunya melalui tulisan dan aktivitas sosial. Bagi saya Kompasiana adalah platform yang menjadi wadah bagi pemuda untuk menginspirasi Indonesia yang telah saya buktikan dengan aktif menulis sejak tahun 2019 lalu. Terima kasih Kompasiana, semoga terus maju.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Landasan Historis Pendidikan pada Masa Prasejarah sampai Reformasi

22 Juni 2022   10:07 Diperbarui: 22 Juni 2022   10:42 4869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana belajar di ruang kelas. Sumber: SekolahDasar.Net

Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang ini, semua sekolah harus dipadukan dan terbuka dengan mendirikan sekolah rakyat (Kokumin Gakko), serta dimulai dari sekolah rakyat selama 6 tahun untuk semua lapisan masyarakat. Bahasa Jepang harus diajarkan. Juga latihan militer dan adat istiadat Jepang.

Sistem pendidikan pada masa ini, berbeda dengan masa kolonial Belanda, Jika pada masa penjajahan Belanda, bahasa utama yang digunakan adalah bahasa Belanda, maka saat masa pendudukan Jepang berubah menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa utama diikuti oleh bahasa Jepang sebagai bahasa kedua. Pada sistem pendidikan ini pendidikan untuk kaum wanita dengan membentuk barisan wanita yang disebut Fujinkai.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya, proklamasi kemerdekaan menimbulkan hidup baru dalam segala sistem kehidupan bangsa Indonesia. Beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (Menteri PP dan K) Ki Hajar Dewantara mengeluarkan " intruksi umum" yang menyerukan kepada para gru supaya membuang jauh-jauh sistem pendidikan kolonial dan mengutamakan patriotisme. Secara rinci isi dari "intruksi umum" tersebut adalah :

Pengibaran "Sang Merah Putih" setiap hari di halaman sekolah.

Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapuskan nyanyian Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang).

Menghapuskan pelajaran bahasa Jepang, serta segala upacara yang berasal dari Pemerintah Balatentara Jepang.

Memberi semngat kebangsaan kepada semua murid.

Menyertai intruksi umum tersebut, dikeluarkanlah berbagai peraturan dalam kabinet-kabinet selanjutnya untuk mengubah sistem pendidikan dan pengajaran lama dengan sistem pengajaran yang lebih demokratis. 

Peristiwa penjajahan yang mengakibatkan seringnya bergonta-ganti sistem pendidikan di Indonesia, menjadikan salah satu tokoh nasional pendidikan Indonesia, yang dikenal dengan sebutan Guru Lima Negara. Amoeng Danawidjaja beliau adalah seorang guru yang setia kepada profesinya sekalipun badai politik menerpanya dari waktu ke waktu, hanya satu tujuan yang ingin dicapainya, yaitu memajukan anak negeri. 

Beliau telah menjadi guru di dalam lima negara, pertama yaitu pada zaman kolonial Belanda, pendudukan Jepang, Negara Pasundan, Negara Republik Indonesia Serikat, dan terakhir kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, beliau masih tetap setia menjadi guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun