Patih Danurejo mendengar kabar bahwa Pangeran Diponegoro, dapat menjatuhkan dirinya di keraton. Maka saat itu Patih Danurejo tidak tinggal diam, dia mengundang Pangeran Diponegoro untuk datang ke keraton Yogyakarta dan mengajaknya untuk berunding, pada saat nampak di dalam keraton sedang mengadakan pesta.Â
Saat tiba di keraton, Pangeran Diponegoro mengira jamuan yang disediakan Patih Danurejo itu sebagaimana mestinya. Pangeran Diponegoro malah disuguhkan minuman keras oleh Patih Danurejo.
"Demi kesejahteraan kerabat keraton dan rakyat Matara." ujar Patih Danurejo mengajak Pangeran Diponegoro untuk bersulang minuman. Lalu, sang pengawal Pangeran berkata, "Apakah ini sesuai adat kerabat keraton atau rakyat Mataram?
Bukankah kau tahu kami ini orang Islam? Katanya. Dan kamu tahu Pangeran Diponegoro adalah seorang muslim sejati, mengapa kau berikan minuman keras." Lanjutnya tegas.
Pangeran Diponegoro tahu bahwa ini adalah salah satu siasat buruk Patih Danurejo untuk menangkap dirinya. "Patih Danurejo Japang, mari kita minum!" Kata Pangeran Dipenogoro.Â
Patih Danurejo pun gembira karena rencananya telah berhasil. Namun, bukannya diminum, minuman keras itu Pangeran siramkan ke wajah Patih Danurejo. Wajahnya Patih Danurejo pun memerah dan menanggung malu seisi ruang penjamuan.Â
Akhirnya, Pangeran Diponegoro keluar ruangan itu dan segera meninggalkan keraton dengan bersama rekannya. Tampak Residen dari Belanda kesal, karena rencananya telah gagal.
Berbagai perlawanan sudah mulai dilakukan oleh Pangeran Diponegoro dengan menghancurkan pos-pos kontrol Belanda dari desa ke desa. Para pejuang rakyat Jawa dan Pangeran Diponegoro bermarkas di Goa Selarong (Gua Selarong) yang sekarang berlokasi di Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada siang hari, Goa Selarong yang berada di kaki bukit itu, disorot oleh sinar matahari yang menembus sela-sela dedaunan pohon-pohon yang lebat. Sepi dan tenang bagi Pangeran Diponegoro bersama para pengikutnya untuk menyusun strategi peperangan dan aman dari kejaran pasukan Belanda.Â
Hingga saat ini pun, Goa Selarong menjadi saksi bisu perjuangan Pangeran Diponegoro selama perang melawan Belanda.
Lalu, dalam buku berjudul "Sang Pangeran dan Janissary Terakhir" Karya Salim A. Fillah (2019:296), dijelaskan bahwa, Pangeran Diponegoro bersama dengan para Kyai bermusyawarah untuk mendirikan kesatuan pengawalan dan kesatuan pertempuran yang elit yang diberi nama Kesatuan Bulkiyo.Â