Mohon tunggu...
Soni Gunadis
Soni Gunadis Mohon Tunggu... Swasta -

Suka kebebasan berekspresi dalam menulis, dengan tetap menggunakan rasa dan jiwa anda dapat menemukan arti sebuah kehidupan realita sekaligus imaji yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jatuh Cinta Pandangan Pertama "A Man Called #Ahok"

7 Februari 2017   15:11 Diperbarui: 7 Februari 2017   15:22 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miris saya melihatnya. Saya rasa penulis @kurawa harus merivisi pada bagian “Hormat kepada orang yang lebih tua dan guru-gurunya adalah kunci keselamatan #AHOK selama ini. Dia banyak didoakan oleh orang yang ditolong.” Dari apa yang terjadi saat ini pernyataan tersebut terlalu dipaksakan. Saat membaca buku ini pun saya tak mampu menggambarkan dalam imaji saya, justru saya melihat tokoh berbeda dalam tulisan ini. Siapakah Ahok yang tercantum dalam tulisan ini? Sosok yang terjebak dalam dunia masa lalu atau justru kisah masa lalu yang dipaksakan untuk muncul di masa kini?

Si penulis pun sedari awal sudah mencuit dengan kata “Objektif”. Haha..objektif katanya? Dari keseluruhan yang saya baca tentu terlihat begitu jelas kepada siapa penulis ini berpihak. Hak mereka memang. Makanya ngga heran banyak orang yang mengaku abu-abu tapi pokok pembicaraan sangat fundamental berat kubu sebelah. Dan biasanya saya lebih memilih diam seribu bahasa, tak perlu dijelaskan ba bi bu, hitam ya hitam, putih ya putih. Titik.

Menyoal Pilkada ini saya rasa bukan urusan saya, orang ngga ikut nyoblos juga. Jadi jangan bilang anti Ahok ya? Apalagi pendukung no 1 atau 3, ngga ngaruh Hahah.. Saya hanya fokus pada apa yang terjadi saat ini. Yang dibutuhkan kita sebagai masyarakat Indonesia adalah KEADILAN dengan SETINGGI-TINGGINYA!.

Sebagai orang awam dengan segala kebodohan saya pun enggan DIBODOHI pakek beginian. Meskipun saya mencintai dunia literasi dari aspek tulisan apapun, namun untuk tulisan biografi ini saya harus mengakui begitu hebatnya penulis ini mampu menggetarkan jiwa-jiwa pembacanya dengan sentuhan cerita perpaduan klise dan ketulusan sosok seorang Ahok. Jujur, saya salut dengan kehidupan Ahok semasa kecil. Tapi untuk sekarang, biarlah warga Jakarta yang lebih berotorisasi untuk menjawab.

Seandainya saya memiliki akun tweeter saya akan unfollow akun @kurawa kemudian ngetweet “Congratulation, bro! Setelah membaca secara keseluruhan membuat saya jatuh cinta pandangan pertama pada SAMPUL-nya, terimakasih cerita anda membuat saya semakin yakin kepada siapa saya berpihak! Emotikon L.O.L lengkap dengan hesteg #BASI, hesteg #BOKIS, hesteg #goodbye.

Eh, ada satu lagi yang menarik nih, pas bagian halaman paling akhir tertulis sebuah quote Tionghoa yang berbunyi, “Sebelum bunyi empat paku di atas peti mati kamu, kamu nggak bisa nilai orang baik atau buruk. Nanti kamu baru tahu apa yang saya kerjakan. –Basuki T Purnama.”

Namun sayang beliau lupa dengan pepatah lokal ini, “Ingatlah mungkin bisa jadi banyak hal yang dapat menjatuhkanmu, tapi satu-satunya hal yang benar-benar menjatuhkanmu adalah SIKAP dirimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun