Aku tak pernah berniat sekalipun menjadi introvert. Aku suka pergaulan,kadang nongkrong ataupun jalan. Aku seperti manusia lainya. Aku juga suka halbaru, tantangan baru, kawan baru. Tapi mengapa semua dipermasalahkan? dianggapkeledai lemah yang dungu tak punya otak? Itu yang namanya memanusiakan manusia?Seolah merobek secerca harapan. Sirna menyayat hati.
Bagiku itu semua ngga penting. Ini soal rasa. Dunia terkadang terlalu absurduntuk dimengerti. Mereka hanya memandang apa yangmereka pandang bukan apa yang mereka ketahui dan rasakan. Iya...lagi-lagi inisoal ego dan ambisi. Melihat dengan mata satumu seolah kebebasan hanya miliksegelintir orang. BULSHIIT!!!
Kapan kita bisa berbicara bersama, bercerita tentang masing-masing passionkita atau mungkin sekedar menghirup aroma kopi yang katanya menenangkan jiwa,kalau masih banyak yang berpikir seperti ular? Menjerat yang lemah bahkankanibalisme. Adakah diantara mereka yang masih bisa dibilang manusia, jikakelakuannya seperti sang pelata?
Astagfirullah...terkadang hati tak dapat berbicara hanya merasa apa yang iakira. Mencoba menyelesuri tiap persepsi yang ada. Sebenarnya hidup ini miliksiapa? Kenapa kita masih berada dalam bayang-bayang individualis? Merasadirinya paling berkuasa dengan segala adidaya. Ironisnya kita seolah berlagaktuli dan bisu. Itu yang kau mau?
Kau TERTIPU !!!
Kau menipu dirimu sendiri!
Dengan segala keangkuhanmu menganggap yang lain lemah, tapi sadarkah tindakanmutak ubahnya SAMPAH!
Percayalah ini hanyalah sementara, kelak kau akan merasakannya. Terserah maubilang apa, ini bukan sekedar prosa bukan sekedar wacana, ini soal paradigma.Yang terlanjur membudidaya, dihempas adidaya. Lemah makin lemah, kuat makinkuat.
Tak perduli kau anggap aku apa. Menelaah tiap jengkal ari mencoba mempretelidengan mata satumu, asal menilai hanya sekedip mata. Sanguinis? Plegmatis? AtauMelankolis? Bagiku itu hanya euforia sesaat. Nyatanya kau anggap aku penipumuslihat.Â
Siapa menilai siapa? Sudah bercerminkah mereka?
Kita tahu batasan antara ini dan itu, tapi selalu saja salah. Apa yangmereka imani selalu membawa kita pada fakta yang memojokkan.
Adilkah??
Sedangkan apa yang mereka lakukan seperti manusia yang sama-sama berdosa.
Kita sama, layaknya manusia biasa yang setara di mata Allah, hanya akhlaknyalahyang membedakan. Mari ulurkan tanganmu, agar kita bisa saling menjabat, salingtersenyum, saling menyapa.Â