Untuk kau yang diseberang
Kau perlu tahu
Usia rinduku tak lagi muda
Maka
Pulanglah
Selagi istana cintaku
Belum terbagi
Â
Untuk kau yang di sana
Aku di sini kehilangan jari jemari
Menghabiskan tinta nadiku
Mengukir dalam segala
Merangkul jiwamu di antara bebatuan
Menjahit kenangan bersama semilir angin
Kau pun tahu
Aku pernah berontak
Mengapa Tuan rumah
Lebih betah dengan senyummu dan bukan tangisku?
Tanya
Lelaki penafsir senyum
Langit kusam itu kembali merana
Bintang-bintang mengitarinya
Burung-burung bermadah
Senja tampak lelah
Lonceng surga berdentang
Sungguh
Segala yang ada tak dihiraukannya
Kecuali  seorang musafir itu
Yang ia yakini sebagai lelaki penafsir senyum
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI