Mohon tunggu...
Soni Indrayana
Soni Indrayana Mohon Tunggu... Freelancer - Novelis dan penulis buku "Kitab Kontemplasi"

Penulis yang suka menulis semua genre.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dua Hati Biru, Dua Hati Baru yang Harus Berguru

2 Mei 2024   17:23 Diperbarui: 2 Mei 2024   17:25 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

katadata.co.id
katadata.co.id

Isu rumah tangga ini diangkat oleh Gina S. Noer dalam film Dua Hati Biru secara epik. Bahwa pernikahan bukanlah ibadah atau relasi yang panduannya merupakan panduan siap pakai. Sebagian besar aturan, norma atau apa saja yang menjadi pedoman pernikahan hanyalah hukum mentah yang penerapannya harus dilakukan bersama oleh kedua pasangan. Orangtua dan lingkungan pun mestinya menjadi supporter yang mendorong keharmonisan rumah tangga anak-anak mereka. Adegan yang menarik ketika melihat ayah Bima memuji Dara ketika Bima sangat marah pada istrinya. Harusnya begitu toh sikap orangtua saat anaknya bertengkar dengan pasangan?

Sebanyak apa pun ilmu agama, psikologi, komunikasi, ekonomi, filsafat, budaya atau ilmu-ilmu lainnya, semuanya akan terasa "mulai dari 0" ketika berumah tangga. Harus belajar lagi, dan diperlukan improvisasi, kreativitas, kebijaksanaan dan ketulusan hati untuk membangun rumah tangga. Pada akhirnya, Bima bersedia mencari potensi dirinya dan Dara belajar bahwa tidak semua keadaan bisa ideal. Orangtua mereka pun belajar bagaimana seorang cucu mestinya dididik. Semua pembelajaran itu bermula dari keinginan untuk bertahan dengan berusaha menjadi sosok yang lebih baik.

Tidak ada pasangan yang sempurna, tidak ada orangtua yang sempurna dan tidak ada juga anak yang selalu seperti yang kita inginkan. Kita cuma diperintahkan untuk berjuang menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Kita cuma harus belajar jadi suami atau istri yang lebih baik, jadi menantu atau mertua yang lebih baik, dan menjadi manusia yang lebih baik. Dalam berumah tangga, setiap pasangan memang harus tahu dan sadar bahwa mereka yang sebenarnya punya kekuatan dan tanggung jawab untuk mengubah keadaan jadi lebih baik.

Makanya, sebelum memutuskan untuk menikah, hendaknya dua hati belajar. Belajar apa? Apa saja! Sebagai bekal mempersiapkan diri menghadapi berbagai masalah yang akan datang. Pernikahan bukanlah kesepakatan yang main-main, ada tanggung jawab yang saling bertaut. Sedangkan perceraian selalu (seharusnya) menjadi solusi paling akhir karena perceraian bukan cuma merusak dua hati.

Seringkali banyak orang terlalu sibuk menyiapkan gaun, mas kawin, venue resepsi, makanan, foto, dan segala hal yang hanya dilakukan dalam satu atau dua hari. Namun lupa dengan persiapan untuk mengarungi hari-hari yang bisa berlangsung hingga puluhan tahun lamanya.

Konflik rumah tangga adalah hal yang lazim. Salah mengambil keputusan pun hal yang biasa. Namanya juga berumah tangga, tidak ada yang sepenuhnya siap. Yang harus dilatih adalah tentang bagaimana menyikapi setiap masalah yang datang. Mempertahankan rumah tangga adalah prioritas utama setiap pasangan.

Pada akhirnya, keluarga memang harta yang paling berharga. Keluarga adalah support system yang pertama dan utama agar rumah tangga selalu bisa resilience atau mampu bangkit dari masalah. Kondisi keluarga yang seperti ini hanya bisa diusahakan oleh dua hati yang bersatu di bawah akad sakral, sebagai mula perjanjian untuk hidup bersama bahkan sampai di alam keabadian nanti.

-----

Dua Hati Biru, sebuah film yang seharusnya masuk ke dalam jajaran film paling laris di Indonesia apabila awareness tentang problematika rumah tangga masih menjadi isu penting bagi masyarakat kita. Sebuah film yang sebagaimana dituturkan oleh Gina S. Noer sendiri dalam sebuah wawancara pada even Kreasi Media untuk Pendidikan pada 2 Mei 2024, "Kita bisa menyampaikan keresahan yang kita pendam salah satunya dari film. 

Banyak isu sosial yang kita sampaikan lewat film. Dan isu ini tidak pernah dibicarakan di kelas, bagaimana menghadapi hidup, ini padahal kan bagian dari pendidikan juga." Bahwa film bisa menjadi media pendidikan, alih-alih hiburan dan jumpscare selama dua jam semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun