Mohon tunggu...
Soni Indrayana
Soni Indrayana Mohon Tunggu... Freelancer - Novelis dan penulis buku "Kitab Kontemplasi"

Penulis yang suka menulis semua genre.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Karena "Nussa" Hanyalah Anak Biasa

28 Oktober 2021   18:32 Diperbarui: 28 Oktober 2021   18:46 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketidaksempurnaan adalah bagian dari kesempurnaan itu sendiri, oke?

Ketika kita dijanjikan sebuah film yang bercerita tentang seorang pahlawan, tokoh besar, orang baik, ahli surga atau apa pun namanya, yang terbersit di pengharapan kita adalah sosok sempurna tiada cacat, kan? 

Saat kita menonton film atau drama demikian, adalah normal bila hati kita berharap bahwa kita juga memiliki sosok seperti itu dalam kehidupan kita. Iya, kan? Namun sayangnya, kita hidup di dunia nyata, bukan film yang dapat direncanakan perjalanan kisahnya.

Ada banyak pujian ditujukan kepada film animasi Nussa karena kualitas animasinya yang luar biasa bagus, dan yang paling utama tentu pesan moral yang disampaikannya begitu sederhana dan mudah dipahami anak-anak. Dari semua akhlak baik dari tokoh Nussa, keluarga dan teman-temannya itu, sebenarnya kita juga harus "memuji" sikap buruk Nussa yang tampak dalam film ini. Loh, kok sikap buruk dipuji?

 Begini, kita tentu akan memuji tokoh Nussa sebagai anak yang merepresentasikan akhlak Islam yang sesungguhnya. Namun, kita juga harus paham bahwa yang sempurna adalah Islam sebagai agama, bukan individu yang menganutnya. 

Nussa juga demikian. Ketika Nussa merajuk, marah, iri, dan bahkan berprasangka buruk kepada Umma (ibunya Nussa), saat itulah kita harus memuji Nussa karena anak ini memang benar-benar anak biasa, manusia biasa yang penuh kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. 

Ia tidak selalu benar, tidak pula selalu senyum dan tidak bisa marah. Pokoknya, Nussa adalah manusia biasa yang kemudian mesti memohon maaf atas semua kesalahan dan kekurangan.

Dalam hidup kita selalu ingin punya pasangan yang sempurna, anak yang sempurna, orangtua yang sempurna dan sahabat-sahabat yang sempurna. Iya, kan? 

Jujur saja, karena kita pasti pernah marah saat orang terdekat kita berbuat yang tidak kita suka, kita pasti pernah membandingkan mereka dengan seseorang yang lain atau artis di film atau drama, atau mungkin kita tiba-tiba menyesal kenapa pasangan kita bukan Si A atau Si B atau Si Z sekalian.

Saat Nussa berperilaku buruk karena rasa iri yang muncul dalam dadanya, apakah Umma marah? Apakah Abba (ayahnya Nussa) marah saat Nussa marah-marah karena Abba tidak bisa menepati janji? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun