Mohon tunggu...
Sonia Pritin
Sonia Pritin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Resensi Buku "Kumpulan Dongeng Si Kancil" (2013)

5 Januari 2019   20:13 Diperbarui: 5 Januari 2019   20:22 15113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul                 : Kumpulan dongeng si Kancil

Penulis            : M.B. Rahimsyah A.R.

Penerbit          : Lingkar Media

Tahun              : 2013

Tebal                : 122 halaman + 6 halaman prakata dan daftar isi

Bahasa             : Indonesia

Sampul            : Latar biru tua dan hijau 

Buku ini ditulis oleh M.B. Rahimsyah A.R. dan merupakan buku terbitan Lingkar Media. Penulis ini telah menghasilkan lebih dari 10 judul buku. Beberapa di antaranya adalah buku bacaan anak. Selain buku Kumpulan dongeng si Kancil, Rahimsyah juga menulis buku Dongeng pengantar tidur yang diterbitkan oleh Lingkar Media pada tahun 2009. Sayangnya, belum ada sumber yang menjelaskan secara lengkap tentang siapakah sosok di balik M.B. Rahimsyah A.R. ini.

Buku ini merupakan kumpulan kisah tentang si Kancil yang cerdik dan juga berisi kisah binatang lain. Siapa yang tidak tahu cerita si Kancil? Pasti kita pernah membaca ataupun sekedar mendengar ceritanya bukan? Buku ini termasuk sastra tradisional, yaitu fabel. Buku Kumpulan dongeng si Kancil dapat dijadikan sebagai bacaan literasi oleh anak-anak, bukan hanya karena isi buku yang menarik dan penuh warna, tetapi juga karena kisah yang terkandung dalam buku ini memiliki banyak nilai yang berguna dalam kehidupan. Buku Kumpulan dongeng si Kancil dapat dijadikan salah satu buku pilihan orangtua dalam membacakan dongeng sebelum tidur bagi anak-anaknya.

Buku ini menyajikan kisah-kisah tentang kecerdikan si Kancil dalam menyelesaikan suatu masalah dan meloloskan diri dari binatang-binatang yang ingin memangsanya. Secara keseluruhan, kisah-kisah yang ada dalam buku ini memiliki konflik yang sama.

Ketika membaca buku ini, pembaca akan disambut dengan cerita kancil mencuri timun. Kisah yang satu ini sudah terkenal bahkan diabadikan dalam sebuah lagu. Selain cerdik, binatang ini juga memiliki sifat nakal. Kancil yang merasa lapar kemudian mengambil timun milik Pak Tani yang ada di kebun. Pak Tani yang geram melihat kebunnya rusak, memutuskan untuk memasang jebakan. Jebakan itulah yang membuat kancil terperangkap. Namun, binatang cerdik ini tidak kekurangan akal. Kancil berhasil meloloskan diri dengan menipu anjing. Anjing yang berhasil ditipu itu menggantikan kancil di dalam kurungan.

Kisah-kisah yang ada di dalam buku ini memiliki kesinambungan. Kisah berikutnya juga bercerita tentang kecerdikan kancil dalam meloloskan diri. Setelah lolos dari Pak Tani, kancil harus berhadapan dengan para buaya. Kancil ingin menyeberangi sungai untuk mencari makan. Namun, di dalam sungai itu ada buaya yang siap memangsanya. Dengan kecerdikan yang dimilikinya, kancil berhasil menipu buaya dan menyeberangi sungai dengan naik di punggung buaya. Kisah berikutnya pun menceritakan hal yang serupa. Setelah lolos dari buaya, kancil harus berhadapan dengan harimau. Lagi-lagi si Kancil tidak kehabisan akal untuk meloloskan diri. Kancil menipu harimau dengan memberikan sebuah sabuk yang ternyata adalah ular. Ular itu sedang tertidur. Lalu, ia terbangun ketika harimau menjilati tubuhnya. Kancil pun berlari menyelamatkan diri ketika ular membelit tubuh harimau.

Melalui alur cerita yang telah dibuatnya, Rahimsyah mampu menggambarkan kancil sebagai binatang yang cerdik dan pandai meloloskan diri. Namun, secerdik-cerdiknya kancil, ia pernah dikalahkan oleh binatang lain. Dalam kisah "Kancil Dikalahkan Siput", dikisahkan bahwa siput berhasil mengalahkan kancil dalam perlombaan lari.

Selain berkisah tentang kecerdikan kancil, di dalam buku ini juga terdapat  kisah yang menceritakan tentang sifat jail dan kebaikan kancil. Rahimsyah memperlihatkan sifat jail kancil dalam kisah "Kancil dan Beruang". Dalam kisah ini, kancil menunjukkan sifat jailnya kepada beruang, yaitu dengan mengatakan bahwa bambu-bambu yang berderit adalah seruling. Karena  percaya dengan ucapan kancil, ujung lidah beruang tidak sengaja terjepit oleh bambu-bambu yang berderit. Rahimsyah menunjukkan kepada pembaca bahwa kancil adalah binatang yang suka menolong melalui kisah "Kuda yang Malang". Kancil yang merasa tidak tega melihat sahabatnya kesakitan segera mencari cara untuk membebaskan kuda. Dengan akal pikirannya, kancil mampu mencari cara untuk membebaskan kuda dari serigala.

Di dalam buku ini, terdapat dua kisah tentang binatang lain, yaitu kisah "Harimau Berguru pada Kucing" dan kisah "Pangeran Kodok". Di dalam kisah "Harimau Berguru pada Kucing", harimau dan singa  diceritakam sebagai binatang yang lebih lemah daripada kucing, sedangkan kucing diceritakan sebagai binatang yang lebih hebat dibandingkan harimau dan singa karena kucing memiliki ilmu memanjat pohon. Oleh karena itu, harimau dan singa berguru kepada kucing. Rahimsyah menceritakan tentang kelicikan ular dalam kisah "Pangeran Kodok". Ular yang licik mampu membodohi Pangeran Kodok. Kebodohan Pangeran Kodok menyebabkan anggota kerajaan dan rakyatnya dimakan ular.

Dengan berbagai cerita si Kancil yang telah ditulis ini, Rahimsyah telah menunjukkan kepada pembaca bahwa kancil adalah binatang yang cerdik, pandai, nakal, dan suka menolong. Melalui alur cerita di setiap kisah yang dibuatnya, kancil selalu saja diceritakan sebagai binatang yang cerdik dan pandai. Kisah kancil yang disampaikan secara lisan dan turun temurun, sejak dulu memang selalu digambarkan sebagai binatang yang cerdik dan pandai.

Buku ini memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya ialah bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti. Selain itu, buku ini disertai dengan ilustrasi sehingga dapat menarik minat baca. Dengan adanya ilustrasi, pembaca tidak akan cepat bosan. Ilustrasi dapat membantu pembaca dalam memunculkan daya imajinasi. Selain itu, buku yang memiliki banyak warna dan ilustrasi akan lebih disukai oleh anak-anak dibandingkan dengan buku cerita yang hanya berupa tulisan saja. Kisah-kisah yang disampaikan dalam buku ini mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan pelajaran.   

Akan tetapi, buku ini juga memiliki kelemahan. Ketika membaca judul buku Kumpulan dongeng si Kancil pasti sudah terpikirkan dalam benak kita bahwa isinya hanyalah kumpulan cerita tentang kancil saja. Namun, ternyata penulis menyelipkan dua cerita yang tidak mengisahkan tentang si Kancil, tetapi justru mengisahkan binatang lain. Hal tersebut memang memberikan warna dan sentuhan yang berbeda di dalam buku ini. Biarpun demikian, tampaknya hal tersebut kurang sesuai dengan judul yang diberikan dalam buku ini. Kisah tentang kancil memang memiliki nilai-nilai positif yang dapat diambil. Sayangnya, penulis tidak mencantumkan nilai-nilai atau pesan itu secara tersurat di semua akhir cerita. Penulis hanya mencantumkan pesan moral di beberapa cerita saja sehingga pembaca harus menyimpulkan sendiri kisah yang belum dijelaskan pesan moralnya.

Kisah-kisah tentang si Kancil yang disampaikan dalam buku ini sudah familier. Berbeda dengan buku ini, buku yang berjudul Kancil sang Penyelamat dan cerita lainnya (Litda Ir) menyampaikan kisah-kisah tentang kancil yang ditulis dengan sentuhan berbeda. Ceritanya jarang didengar dan lebih baru.  

Meskipun ada perbedaan dalam hal isi dan pengembangan cerita, di dalam kedua buku ini terdapat beberapa alur cerita dengan kisah yang sama. Bahasa yang digunakan dalam kedua buku ini memiliki kesamaan, yaitu sederhana dan mudah dimengerti. Kedua buku ini sama-sama memiliki pesan atau nilai-nilai positif yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui tokoh kancil. Kedua buku yang berisi kisah tentang kancil ini dapat dijadikan bukti nyata sebagai upaya pelestarian dongeng si Kancil.

Buku Kumpulan dongeng si Kancil dapat dijadikan pilihan bacaan bagi anak-anak maupun orangtua dalam membacakan dongeng sebelum tidur bagi anak-anaknya. Namun, anak-anak tetap perlu mendapatkan pendampingan dari orangtua ketika membaca kisah ini. Kesalahan pemahaman mengenai kisah-kisah yang terdapat dalam buku ini dapat berpengaruh tidak baik bagi perkembangan anak. Kisah-kisah kancil yang disampaikan dalam buku ini dapat diambil nilai-nilai positifnya, sedangkan nilai-nilai yang tidak sesuai dapat dihilangkan. Di samping itu semua, buku ini tetap memiliki manfaat dalam hal menumbuhkan imajinasi anak-anak. Selain itu, dengan membaca buku ini, pembaca khususnya anak-anak akan lebih komunikatif dan lebih mudah dalam menyampaikan gagasannya. Jadi, buku ini bagus untuk dibaca, bukan?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun