Mohon tunggu...
Sonia MutasimatulAzimah
Sonia MutasimatulAzimah Mohon Tunggu... Administrasi - Sherennade Senja

Transisi remaja labil menuju dewasa stabil yang lagi gabut. Ig : @sonia.m.azimah. Tw : @theladybug66

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hidup Hari Ini, Rasa Masa Lalu

19 Juni 2020   23:32 Diperbarui: 20 Juni 2020   04:49 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola pikir yang tidak sehat akan berdampak pada kegiatan sehari-hari. Seperti dalam pengambilan keputusan, menyampaikan pendapat hingga bagaimana orang tersebut akan menjadi "apa" atau "siapa" di kemudian hari.

Jika yang ada di dalam pikiran masa lalu adalah hal-hal tidak penting yang harus dibuang jauh-jauh, maka yang tinggal di dalam hatinya hanyalah rasa "benci". Masa lalu adalah rangkaian dari banyak peristiwa. Apakah orang yang menanam banyak bibit kebencian di dalam hatinya bisa merasakan bahagia?

Menjadi opitimis adalah pilihan yang bagus. Mempercayai hal yang sebelumnya dikira "tidak mungkin" menjadi "mungkin".

Percaya bahwa masa lalu dapat diterima dengan penuh rasa cinta. Mungkin dia adalah berjuta rangkaian peristiwa yang pahit, namun dengan menerimanya secara perlahan, maka yang tertanam dalam hati adalah bibit-bibit keikhlasan.

Ikhlas atau menerima, bahwa masa lalu bukan kotoran yang dengan senang hati bisa dibuang begitu saja. Namun menerima bahwa masa lalu adalah bagian dari diri.

Hidup di Waktu Yang Tepat

Hari kemarin adalah masa lalu. Hari ini akan menjadi masa lalu, juga investasi di masa mendatang. Dan hari esok adalah ujian dadakan.

Karenanya, sejak hari ini, dimana seseorang sedang hidup harusnya mengumpulkan bekal untuk persiapan ujian yang entah kapan datangnya, juga menikmati waktunya sebagaimana mestinya. Apa yang sedang atau harus dilakukan detik ini, maka lakukan sebagaimana mestinya.

Contoh kecil, jika sedang makan, maka makanlah sebagaimana seseorang itu harus makan. Bukan makan disertai memikirkan hal-hal lain, yang akan menjadikan momen makan terasa seperti tidak makan. Mendapatkan momen yang utuh di setiap pekerjaan yang dilakukan juga membantu mencegah pahitnya masa lalu datang di saat yang tidak tepat. 

Hidup hari ini harusnya rasa hari ini. Bila indah maka biarkan ia tetap indah, jangan diabaikan hanya karena masa lalu. Jika hidup hari ini rasa masa lalu, maka bagaimana masa depan akan mengingat indahnya hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun