Desa Luwuk Ranggan, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur(12/9)-Mahasiswa KKN-T Mandiri Kelompok 65 Universitas Palangka Raya melakukan pelatihan dan sosialisasi bersama petugas penyuluh pertanian di Desa Luwuk Ranggan mengenai pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan walet.
Desa Luwuk Ranggan yang terletak di Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mata pencaharian masyarakat Desa Luwuk Ranggan yang mayoritasnya adalah petani ini menjadikan pupuk sebagai kebutuhan pokok untuk merawat tanamannya. Akan tetapi saat ini masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi dan mahalnya pupuk non-subsidi.
Menurut data World Bank-Commodity Market Review per 4 Januari 2022, Pupuk Urea dan Diamonium Fosfat (DAP) mengalami kenaikan yang signifikan. Harga DAP mengalami kenaikan sebesar 76,95 persen, sedangkan harga pupuk Urea naik hingga sebesar 235,85 persen.
Indonesia menetapkan Urea sebagai pupuk bersubsidi. Penetapan ini melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Dalam beleid ini, pemerintah menetapkan Urea dan NPK sebagai pupuk bersubsidi.
Selain itu, di Desa Luwuk Ranggan diketahui terdapat banyak bangunan gedung walet yang tentunya memiliki limbah. Limbah kotoran hewan tersebut dibuang oleh masyarakat langsung ke sungai. Tidak adanya proses pengelolaan lebih lanjut membuat sungai yang ada di desa Luwuk Ranggan, yaitu sungai Cempaga menjadi kotor dan tercemar.
Mahasiswa KKN-T Mandiri Universitas Palangka Raya melihat masalah tersebut dan melakukan upaya untuk mengatasinya dengan mensosialisasikan pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan walet. Sosialisasi pembuatan pupuk organik ini bekerja sama dengan petugas penyuluh pertanian di Desa Luwuk Ranggan. Tujuan pelaksanaan sosialisasi ini adalah mengajarkan pembuatan pupuk organik dari limbah kotoran walet sebagai alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi.
Sosialisasi pembuatan pupuk organik yang terbuat dari limbah kotoran hewan walet diterima dengan baik oleh masyarakat. Pemanfaatan serta pengelolaan kotoran hewan walet ini berguna bagi masyarakat dalam mengatasi limbah kotoran walet dan menjadi alternatif sebagai Pupuk kompos untuk mengatasi keluhan petani karena mahal dan langkanya pupuk bersubsidi saat ini.
Sosialisasi pembuatan pupuk kompos ini dilakukan oleh mahasiswa KKN-T Mandiri Universitas Palangka Raya dengan didampingi Bapak Ali Rahman, yaitu petugas penyuluh pertanian yang ada di Desa Luwuk Ranggan. Sosialisasi dilakukan dengan praktik secara langsung mengenai bagaimana pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan walet. Mulai dari penyiapan bahan sampai siap digunakan.
Untuk bahan yang diperlukan yaitu:
- Kohe walet/kotoran hewan walet,
- Cairan EM-4 atau bisa juga menggunakan minuman Yakult yang berfungsi untuk memfermentasi kotoran hewan walet,
- Gula merah untuk mengaktifkan bakteri dan air secukupnya.
Kemudian alat berupa gayung yang berguna untuk mencampur dan mengaduk semua bahan.
Cara pembuatannya yaitu :
- Campurkan semua bahan yang ada dan aduk hingga tercampur rata,
- Lalu siramkan secukupnya pada kotoran hewan walet,
- Kemudian simpan kotoran hewan walet pada tempat tertutup seperti karung dan simpan selama 2 minggu untuk dapat digunakan.
Selain sosialisasi cara pembuatan pupuk organik dari limbah kotoran hewan walet, mahasiswa KKN-T Mandiri Universitas Palangka Raya juga membuat buku panduan yang berisi tata cara pembuatan pupuk tersebut. Dengan adanya sosialisasi ini masyarakat diharapkan dapat membuat pupuk organik dari limbah kotoran hewan walet sebagai pilihan alternatif yang praktis dalam pengolahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H