Sistem moneter internasional merupakan bentuk dari pembayaran atau transaksi yang digunakan antar negara di dunia. Sistem keuangan ini dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Perdagangan dan investasi dalam dunia internasional akan berjalan baik bila sistem moneter juga terkendali. Setiap bulan dan setiap tahun akan ada tantangan yang dihadapi oleh sistem keungan dari suatu negara, dimana nantinya sistem moneter internasional juga turut mengalami perubahan.
Terdapat per-syaratan dalam mengatur dalam sistem moneter internasional antar negara. Per-syaratan yang dibentuk harus sesuai dengan kesepakatan bersama antar negara dalam mengatur pembayaran moneter. Dalam hal ini tentunya dapat terjadi fluktuasi perdagangan. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi nya adalah melalui bank sentral masing-masing negara. Bank sentral harus dapat menyediakan Cadangan kapital ataupun likuiditas dalam mencapai ekuilibrium.
Sejarah sistem moneter internasional terjadi di tahun 1870 an. Pada abad tersebut terjadi sebab Inggris melakukan perdagangan impor batu bara dan Cadangan besi. Untuk mempermudah metode pembayaran antar negara, maka Inggris menerapkan sistem keuangan dengan menggunakan emas. Penerapan emas sebagai alat pembayaran ini kemudian diikuti oleh negara lainnya yang ada di Eropa. Artinya emas akan dijadikan patokan pengukuran mata uang sesuai jumlahnya.
Perkembangan sistem moneter internasional mengalami tiga tahap. Yang pertama pada saat sebelum perang dunia, kedua saat perang dunia I & II, ketiga saat setelah perang dunia. Keadaan ekonomi-politik dalam dunia internasional menjadi penyebab utama perbedaan perkembangan sistem moneter internasional dari masa ke masa.
Tahap pertama dimulai sebelum perang dunia. Sama seperti awal mula adanya sistem moneter di Inggris. Saat itu setiap negara menggunakan emas sebagai alat pembayaran ekspor dan impor produksi mereka ke negara lain. . Biasanya perhitungan dilakukan berdasarkan pada perbedaan nilai ons pada emas. Bisa dikatakan emas adalah bentuk penukaran alat pembayaran antar negara di dunia. Namun, setelahnya sistem ini mulai kacau, sebab adanya penetapan standar emas oleh negara-negara.
Tahap kedua dalam sistem moneter internasional saat perang dunia ke I ditandai dengan berhentinya penggunaan emas sebagai alat pembayaran. Sebenarnya saat perang dunia ke I terjadi, negara-negara masih menggunakan emas sebagai alat tukar mata uang antar negara. Kemudian saat terjadi nya perang dunia ke II, penggunaan emas mulai ditinggalkan perlahan-lahan. Dimulai dari kesepakatan bersama untuk tidak mewajibkan pertukaran mata uang dengan emas untuk transaksi. Hal ini disebabkan oleh  banyaknya kegaduhan politik dan tekanan perekonomian bangsa-bangsa setelah peperangan sehingga menyebabkan  terjadinya inflasi.
Tahap ketiga terjadi setelah perang dunia ke II usai. Penggunaan emas sebagai alat tukar mata uang benar-benar ditinggalkan. Pada fase ini sistem moneter internasional kembali dibentuk dan dilakukan pengembangan lebih baik. Pada Juli tahun 1994 diadakan konferensi untuk kesepakatan pengurangan tarif perdagangan internasional dan memperlancar perekonomian global. Konferensi ini dilakukan di Bretton Woods-Amerika Serikat. Dihadiri oleh 700 an lebih perwakilan dari setidaknya 45 negara.
Hasil dari konferensi nya adalah pergantian emas ke US Dollar dalam alat pembayaran transaksi antar negara. Disepakati juga metode nilai tukar tetap (fixed exchange rate). Dalam mengawasi dan mengatasi serta memberi bantuan terhadap masalah perekonomian global dibentuk juga IMF (International Monetary Fund) dan juga Bank Dunia (World Trade). Lagipula pada masa ini juga terjadi kemajuan dalam perkembangan teknologi dan komunikasi. Dimana kemajuan perkembangan tersebut memiliki dampak terhadap pasar global. Sehingga terbentuk lah ikatan perekonomian yang kuat dan peningkatan perdagangan dalam lingkungan ekonomi global.
Di Indonesia yang menangani sistem keuangan dan membuat stabilitas moneter tetap terjaga yakni Bank Indonesia (BI). BI menjadi penyangga utama yang efetivitas moneter berpengaruh pada sistem keuangan. Jika terjadi adanya guncangan dalam sistem moneter maka sistem keuangan juga tidak bisa berjalan lancar. Sebab sistem keungan dan sistem moneter tidak dapat dipisahkan stabilitas nya.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berkelanjutan dapat terwujud jika BI mengawasi stabilitas moneter dan stabilitas keuangan. Tugas BI menjadi latar belakang dibalik transmisi berjalan nya sistem keuangan dan moneter. Tentunya dalam melakukan pembayaran dari kegiatan ekspor dan impor yang mencakup kebijakan dan instrument dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
Beberapa peran serta tanggung jawab dari BI yakni sebagai berikut:
- Menjaga suku bunga dalam operasi pasar terbuka.
- Mewujudkan Lembaga perbankan keuangan yang sehat
- Menjaga kelancaran sistem keuangan dalam mekanisme pembayaran
- Mengawasi segala bentuk ancaman yang datang dalam stabilitas keuangan
- Leader of the last resort (LoLR)