Mohon tunggu...
Adittya Kardiat
Adittya Kardiat Mohon Tunggu... -

keep smiling

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Infertility di Indonesia

18 November 2014   17:00 Diperbarui: 4 April 2017   16:43 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pada tahun 1970an, wanita asia memiliki rata-rata 5 anak sehingga muncul kekhawatiran akan pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol. Tetapi saat ini, pada beberapa kota di ASIA terjadi penururan angka kelahiran yang drastis. Saat ini 4 negara asia dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang maju, Jepang, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, memiliki rata-rata angka kelaihran terendah di dunia. Dengan rata-rata satu wanita hanya memiliki 1 anak.

ibu
Salah satu alasan terjadinya hal diatas adalah di Jepang, Singapore, Kora dan Taiwan, kaum muda menunggu cukup lama untuk dapat menikah dan banyak pasangan yang telah menikah menunda kehamilan dan hanya menginginkan satu anak.

Permasalahan Infertilitas menjadi salah satu penyebab menurunya TFR (Total Fertility Rate) di Negara ASIA tersebut. Gaya hidup, tingkat stress yang meningkat diyakini meningkatkan peluang terjadinya infertilitas pada pasangan-pasangan muda.

Total Fertility Rate (TFR)


Total fertility rate represents the number of children that would be born to a woman if she were to live to the end of her childbearing years and bear children in accordance with current age-specific fertility rates.

Penurunan TFR secara drastic menimbulkan permasalahan-permasalahan demografi, sosio economi. Seiring pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat. Seperti dialami oleh 4 Negara ASIA. Ketidakseimbangan jumlah penduduk tua hingga Negara kehilangan populasi (population loss) hingga sepertiga nya. Di Jepang, populasi turun sejak 2006. Korea selatan akan mengalami penurunan jumlah populasi dimulai tahun 2025.

14162793511007672074
14162793511007672074

Untuk menghindari “Population loss” dan ketidakseimbangan populasi tua-muda, Korea dan Singapore membantu pembiayaan untuk program-program reproduksi berbantu. Singapore, TFR 1,29, memberikan subsidi sebesar 75% dari biaya program bayi tabung.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat fertilitas terpengaruh oleh factor “Kesehatan” dan “Pendidikan”.

Gambaran kondisi demografi dan pertumbuhan ekonomi dapat di refleksikan ke Negara ASIA lain seperti Malaysia dan Indonesia.

Malaysia


1416279382124034788
1416279382124034788

Malaysia memiliki gambaran kondisi perekonomian dan pendidikan yang sedikit lebih baik dibandingkan Indonesia. dengan lebih sedikit penduduk yang harus di-urusi, Malaysia telah menerapkan system jaringan kesehatan lebih dulu dan terbilang sukses meningkatkan kualitas hidup penduduknya.

TFR pada tahun 2012 hanya 2.6 walaupun terjadi penurunan cukup tinggi jika dibandingkan tahun 2000 yaitu TFR sebesar 3.3

Indonesia


14162794631499159518
14162794631499159518

Pada tahun 2000 sebesar 2.6 dan terus menurun hingga pada tahun 2012 TFR menjadi 2.2.  Indonesia memiliki banyak factor yang berperan dalam penurunan TFR salah satunya program KB yang cukup berhasil,peningkatan 1% setiap tahun, serta Indonesia tingkat Kematian Ibu dan Anak dengan 359 ibu meninggal 100.000 yang semakin tahun semakin baik.

Dibeberapa kota bahkan TFR berada dibawah 2.1, yaitu :

1416279487951910125
1416279487951910125

Indonesia dengan total 240 Juta penduduk, perubahan TFR sedikit saja berpengaruh signifikan terhadap permasalahan dan isu-isu demografi seperti yang saat ini dan telah dirasakan oleh Negara-negara ASIA yang lebih dahulu maju seperti Jepang, Korea dan Singapore. Impact dari permasalah sosio ekonomi akan terjadi jika Indonesia mulai terjadi “Population loss”.

Infertilitas

Dengan besar nya jumlah penduduk Indonesia, 240 juta dan TFR 2.2, memberikan peluang untuk pertumbuhan sarana pelayanan kesehatan yang menyediakan program Teknologi Reproduksi Berbantu telah menunjukkan perkembangan yang sangat cepat. Walaupun belum terdapat data yang akurat mengenai berapa persen populasi pasangan infertile di Indonesia, tingginya jumlah penduduk, dan pertumbuhan teknologi kedokteran yang kurang, menjadikan Indonesia sebagai market yang menggiurkan bagi IVF provider’s.

1 dari 6 pasangan didunia setidaknya memiliki permasalahan infertility. Prevalensi infertility sekitar 9% pada wanita usia 20-44 tahun. 56% pasangan yang mencari pengobatan ke dokter melalui Assisted  Reproductive Technology (ART). ESHRE, the Eurepean Society of Human Reproduction and Embryology, memperkirakan 350 ribu bayi lahir dari program bayi tabung dan hingga saat ini telah lahir 5 juta bayi dari program bayi tabung.

Pada tahun 2010 tercatat hanya 1700 program bayi tabung yang dilakukan di Indonesia. Pada tahun 2012 tercatat 3581 program bayi tabung yang telah dilakukan di klinik-klinik bayi tabung tanah air. Pada tahun 2013 tercatat 4083 program bayi tabung dilakukan di 22 klinik bayi tabung di Indonesia.

Program Bayi Tabung (IVF-In Vitro Fertilization)

Program bayi tabung atau IVF merupakan program pengobatan paling menjanjikan. Dengan persentasi keberhasilan hamil hingga 60-70%, untuk beberapa kasus, menjadikan program bayi tabung sebagai salah satu alternative pengobatan yang ingin dijalankan pasangan-pasangan infertile.

Tetapi hanya sedikit pasangan yang memiliki akses mendapatkan pengobatan bayi tabung, beberapa barier mendapatkan akses ke pelayanan bayi tabung adalah :

1.Economi dan masalah pembiayaan

2.Kurangnya informasi

3.Agama

4.Sarana pelayanan kesehatan (geografi issue).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun