Mohon tunggu...
Adittya Kardiat
Adittya Kardiat Mohon Tunggu... -

keep smiling

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengaruh Kenaikan Harga BBM

25 November 2014   15:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:55 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BBM akhirnya naik. Sudah sekian pekan sejak diumumkannya kenaikan harga BBM tetapi gejolak masyarakat tidak terlalu besar, sangat berbeda saat dulu jaman pemerintahan SBY 1st edition tahun 2004-2009, hanya terjadi beberapa demo mahasiswa, buruh, opini-opini pakar di telivisi dan media online.

[caption id="attachment_377949" align="alignleft" width="300" caption="working"][/caption]

Apakah yang sebenarnya terjadi? Apakah ini bentuk nyata dari revolusi mental, konsep yang dibawa oleh presiden Jokowi? Atau hanya bentuk apatis masyarakat dalam menerima perubahan dan kenyataan bahwa hidup di Indonesia akan bertambah mahal.

Penulis bukan masyarakat berpenghasilan rendah yang merasakan pengalian subsidi BBM. Tidak ada subsidi yang secara langsung berasa kehidupan perekonimian keluarga baik melalui Kartu-kartu Sakti ataupun lewat pengurangan biaya hidup secara tidak langsung. Karena hanya akan merasakan barang-barang semakin mahal dan pengeluaran sudah pasti ada kenaikan. Belum dapat dihitung berapa kenaikannya di sector pasar (pasar beneran-pasar sayur, ikan dan tukang sayur keliling) karena belum dihitung rekap pengeluaran bulan ini, laporan dari asisten rumah tangga belum masuk.

Belum juga ada laporan yang menunjukkan kenaikan harga di pasar sayur yang dikeluarkan pemerintah, baru sekedar informasi-informasi awal mengenai kenaikan beberapa produk pertanian yang naik di beberapa daerah. Bagaiman kira-kira hasil rekap laporan dan analisa oleh pemerintah atas kenaikan harga BBM. Apakah sudah ada yang memantau, mengawal kenaikan harga BBM hingga ke analisa mikroekonomi per rumah tangga.

Berapa tingkat penerimaan masyarakat atas setiap kali perubahan harga BBM?

Berapa perubahan kondisi ekonomi di sector terkecil, rumah tangga?

Apa yang harus kepala rumah tangga perbuat, jika ada kenaikan harga BBM lagi?

Berapa jam kepala rumah tangga harus menambah jam kerjanya agar bisa survive?

Berapa permohonan kenaikan gaji yang diajukan oleh pegawai, kepala rumah tangga, setiap ada kenaikan BBM per-1.000 rupiah?

Banyak orang pintar di Indonesia, banyak orang bijak di Indonesia, kenaikan harga BBM mohon tidak hanya berkutat di konsep, sharing opini pro-kontra, ataupun wacana pengalihan-pengalihan dana APBN, tetapi lebih menyentuh ke operasional perekonomian 'Rumah Tangga'. Bagaimana seoranga kepala rumah tangga memberikan justifikasi kepada kepala keuangan rumah tanggan (istri) terhadap gap yang akan terjadi jika harga-harga semakin tinggi sedangkan gaji yang ditransfer tidak ada perubahan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun