Di masa Kolonial Belanda,
Masyarakat Pulau Burung, sudah ada sejak dahulu kala.
Hidup dibalik sungai dan tinggal dalam hutan rimba raya.
Beralasan, mengelak kekejaman lanon dan penjajahan.
Namun, ada warisan yang tak terlupakan.
Masyarakatnya ahli di bidang kelautan dan mahir di bidang pertanian.
Berjalannya waktu dan masa ke masa.
Era kemerdekaan Indonesia sudah tiba,
Ada Jakarta, ditunjuk atas nama Ibu Kota Negara,
Bermula, pemekaran Desa menjadi Kecamatan Pulau Burung tercinta.
Kini, bila kita berada dipuncak bukit sungai gunung ?
Kita akan melihat, betapa indahnya hamparan laut di pesisir sumatera.
Namun, bila kita berada di puncak Sari Intan Jaya ?
Kita akan melihat, hamparan jutaan pohon kelapa terbaik se - Asia Tenggara.
Terdiri dari suatu pemukiman sebelas desa.
Pesisir pantai 3 (tiga) desa.
Itulah kecamatan kita,
Tanah bertuah.
Berdiri kokoh di ufuk utara Indragiri Hilir kota,
Meskipun, tak memiliki singgasana layaknya Siak Indrapura dan Lingga.
Namun, daerahnya kaya sandang-pangan dan beraneka-ragam budaya.
Melayu sepanjang masa,
Berkarya untuk Indonesia.
Lancang kuning kebanggaan kita,
Demi, masa depan Pulau Burung tercinta.
Tanah bertuah, harus di jaga marwah dan martabatnya.
Agar, berjaya sepanjang masa.
Masyarakatnya aman, damai dan sentosa.
Tanah bertuah, Pulau Burung kita setia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H