Mohon tunggu...
edy santosa
edy santosa Mohon Tunggu... -

whats been done. its done

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kegagalan Adalah Kesuksesan yang Gagal

1 Oktober 2010   11:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu bukan barang sekali saya dan anda pernah mendengar quotes “ kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”. Biasanya kalimat bijak tersebut digunakan untuk menghibur diri, teman, saudara, atau siapa saja yang butuh dihibur setelah mengalami sesuatu kegagalandalam suatu hal.

Menurut pengertian yang tidak saya rujuk dari kamus istilah Bahasa Indonesia, tertunda bisa diartikan sebagai sesuatu yang diundur waktunya, sesuatu yang molor dari jadwal, kurang lebih seperti itu. Dengan kata lain, sesuatu yang tertunda adalah sesuatu yang masih memiliki peluang akan terjadi hanya saja waktunya bukan sekarang.

Itulah kenapa kalimat “ kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda” bisa menjadi sangat menghibur. Karena kesuksesan yang tertunda bisa diartikan; kita masih punya peluang untuk sukses. Sekarang atau besok yang penting sukses. Kalimat tersebut memberi kita harapan . Mensugesti kita untuk tidak berhentidalam apapun yang sedang kita usahakan.

Tapi apakah kalimat tersebut akan selalu berdampak baik.

Inilah latar belakang kenapa kemudiansaya menulis ini.

Kemarin sore, Bapak Kepala Desa datang ke rumah. Biasanya, beliau datang atau calling2jika komputer di balai desa ngadat, atau jika beliau ingin membeli sesuatuyang berkaitan dengan komputer. Mengenai komputer, beliau memang terlanjur percaya pada saran saya.

Tapi, sore itu dugaan saya meleset. Beliau datang bukan untuk urusan komputer. Melainkan curhat. Curhat apakah gerangan?

Beberapa bulan kedepan, dikampung saya yang tercinta ini, akan diadakan pemilihan kepala Desa. Nah, beliau ingin mencalonkan diri lagi. Yang kemudian menjadi beban pikiran beliau adalah, sebenarnya beliau sendiri tahu bahwa dia sudah dicap gagal oleh masyarakat. Banyak kasus dan konflik yang terjadi pada masa pemerintahan beliau -yangbeliau juga sadar, telah menurunkan kredibilitas beliau sebagai kepala desa. Tapi beliau adalah seorang yang sangat optimis. Beliau yakin,jika beliau diberi kesempatan untuk memangku jabatan kepala desa untuk kedua kalinya, hasilnya akan berbeda. Pertanyaan yang tidak saya lontarkan, apakah berbeda dalam artian menjadi lebih baik atau buruk?

Malam itu, beliau curhat panjang lebar. Sementara, saya hanya menanggapinya dengan pendek dan sempit. Takut salah plus sadar diri, saya sama sekali tidak punya pengalaman dalam hal pemerintahan. Barang kali beliau kecewa dengan saya yang hanya iya iya saja. Tapi itu resiko yang harus beliau tanggung, salah sendiri salah curhat.

Sebelum beliau pamit. Beliau bertanya, “enaknya slogannya apa nih buat kampanye nanti?”

Dan entah kenapa saya menjawab ” gimana kalau slogannya, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda? “

Beliau hanya tertawa dan mengumam, “ hmm masuk akal.”

Sepulangnya beliau, saya jadi mikir. Jangan-jangan itulah yang dianut para pemimpin kita. Ada presiden yang pernah kekeh mempertahankan jabatannya hingga 32 tahun meskikepemimpinannya banyak dipertanyakan, ada juga yanghobi mencalonkan diri sebagai calon presiden meskipun ujung-ujungnya gagal maning gagal maning. Ada bupati yang ngototmempertahankan jabatannya meski setiap hari demo digelar di halaman kantornya menuntut beliau mundur . bahkan beberapa waktu yang lalu sempat terdengar kembali usulan tentang “masa jabatan seumur hidup bagi presiden”, berhembus di gedung DPR sana.

(Barang kali kita perlu bangga dengan para pemimpin-pemimpindi negara kita yang sangat percaya diri- atau tidak tau diri?, berbeda dengan negara Jepang dimana Seorang pejabat yang merasa telah dicap gagal oleh rakyatnya akan langsung mengundurkan diri sebelum diminta)

Apakah akan baik jika kalimat bijak tersebut menjadi bagian pertimbangan seorang pemimpin untuk mempertahankan jabatannya? Mungkin baik bagi beliau-beliau, karena sembarimengulang kegagalan demi kegagalan dan menunggu kesuksesan yang entah kapan datangnya, mereka tetap akan menerima gaji plus fasilitas dan tunjangan yang disediakan. Tapi apakah akan baik bagi rakyat?

Atau akan lebih baik jika kita belajar menerima kegagalan sebagai sebuah kegagalan? Pil pahit yang memang harus kita telan sebagai bahan evaluasi apakah kinerja kita telah cukup baik, atau bahan koreksi untuk mengukur kompetensi diri apakah kita memang pantas berkutat pada bidang itu? Karena sebagaimana yang dipesankan oleh Muhammad SAW, suatu urusan yang dilimpahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.

Mengerikan bukan? Alih-alih menunggu kesuksesan yang tertunda, eh jangan-jangan kehancuranlah yang sedang kita tunggu sementara kita menghibur diri dengan kalimat bijak yang membuai itu. “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun