Mohon tunggu...
SOMARA
SOMARA Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Ibu Rumah Tangga yang PNS dan mencintai dunia Seni

Saya lahir di Sibolga Kodya Tapanuli Tengah dibesarkan sebagai anak paling kecil. Tidak menyadari dipengaruhi lingkungan yang suka seni dari Ayah,Ibu dan semua Abang dan Kakak. Menikah dengan seorang Pelayan Tuhan yang seorang Musisi dan tinggal di kota sejuk Tarutung Sumatera Utara. Akhirnyasemakin terdorong untuk memberi karya di dunia anak-anak lewat menciptakan lagu anak-anak dan sekarang mencoba menulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waktu Bertetangga Ria

19 April 2021   22:46 Diperbarui: 19 April 2021   23:30 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada yang indah yang jarang kita sadari, Waktu bertetangga ria. Semua orang suka dikunjungi apalagi dikunjungi dengan hasil yang membahagiakan, misalnya bercanda, menyemangati, berbagi keluh kesah dan memberi tips dan info tak terduga yang ternyata ada di rumah tetangga. 

Di kampungku kami masih bisa saling mengunjungi, karena kampungku termasuk daerah hijau, belum terjamah Covid. Situasi pandemi membuat kita merasa terkurung yang medorong selera jalan-jalan semakin meronta. Tanaman bunga tetanggaku yang indah menggodaku melangkahkan kaki kesana. Sapaan pagi dan sore tidak cukup memuaskan hasratku untuk melihat langsung bunga-bunga indahnya. Kutinggalkan sejenak kain gosokanku yang menumpuk dan kutekadkan melangkah memasuki halaman rumah tetanggaku yang asri. Tentu saja senyum ramahnya menyambutku dengan tulus.

Di hari yang lain, kuingat sudah lama aku tak ngobrol dengan tetanggaku yang punya kerja sampingan bertenun dan juga dia aktif di pelayanan gereja. Kuajak anakku yang paling kecil menemaniku karena anak tetanggaku ini juga teman bermain anak pudanku (istilah anak paling kecil orang Batak adalah Siampudan). Obrolan dengan Kakakku ini memiliki nuansa yang lain lagi. Pergumulannya menghadapi air yang mati hidup karena PDAM di kampung kami sangat lambat mengatasi pipa-pipa  yang bocor dan Covid yang meyerang keluarganya di kota Medan tetapi sudah makin sembuh, menjadi obrolan asik kami yang membuatku hampir lupa pulang. 

Ada banyak lagi tetangga lain yang belum berhasil kukunjungi karena aku juga punya kesibukan sendiri. Tapi bertetangga ria bisa menjadi therapi kebahagiaan yang berlipat ganda, karena aku sedang membahagiakan diriku sekaligus membahagiakan tetanggaku juga. Sumber kebahagiaan ada juga disekitar kita,ketika kita berbagi hidup dengan tetangga. Dengan trik sehatnya adalah tidak membawa berita gosip, tetapi membawa dan menerima kehidupan positip yang saling mengisi.

Waktu bertetangga ria asik juga,  karena aku bisa ikut menikmati bunga-bunga yang kau rawat dihalaman rumahmu dan aku bisa dapat kehidupan yang tidak kujalani tetapi telah memperkaya hidupku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun