[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Mendidik Anak sesuai Gaya Belajar"][/caption] (Pic Courtesy by Photobucket) Mungkin ada beberapa rekan sekalian diluar sana yang mengalami kesulitan mendorong anak belajar sehingga cenderung marah hingga putus asa ; mungkin juga ada orang tua dan anak yang kompak untuk belajar bersama, akan tetapi anak cenderung tidak mengalami kemajuan dan static dan mungkin keluarga lain memiliki problem berbeda. Apakah sudah dipertimbangkan bahwa anak memiliki gaya belajar yang berbeda dan perlu penanganan berbeda pula untuk setiap jenis gaya belajar? Setiap anak yang dilahirkan sudah memiliki kemampuan perseptif sejak dilahirkan karena anugrah yang sudah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada kita semua. Kemampuan menangkap informasi dapat berupa verbal, visual, audio dan kombinasi dari ketiganya. Tentunya kalau materi yang diberikan secara komplit mulai dari materi verbal, visual dan audio akan membuat anak lebih mudah dalam menangkap materi yang diajarkan. Problem kemudian muncul dikarenakan proses belajar anak yang dinamis dipengaruhi oleh faktor perilaku, distraksi (acara televisi, gadget, jalan kemall dan sebagainya), dan faktor eksternal lainnya seperti suasana tenang di rumah, cuaca yang sejuk dan lain-lain. Proses pembelajaran anak tidak dapat diuraikan dengan pemetaan statis definitif melainkan harus diamati dan diuji coba sehingga tertemukanlah metode yang efektif agar anak dapat belajar dengan semaksimal mungkin sesuai dengan yang dikehendaki anak. David Kolb, seorang Doktor Psikologi lulusan Harvard University, merancang sebuah model pemetaan gaya belajar (Learning Style Inventory / LSI) yang sekiranya dapat membantu rekan sekalian memetakan gaya belajar anak. Moda Perasaan / Feeling (Concrete Experience) Konsentrasi belajar anak dipengaruhi lewat perasaan, mengutamakan pengalaman konkret, mementingkan relasi sesama dan tentunya lebih sensitif pada perasaan orang lain. Proses belajar anak cenderung lebih terbuka & lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan. Bagus dalam pelajaran teater, seni drama, melukis, menulis dan lain-lain. Moda Pemikiran / Thinking (Abstract Conceptualization) Konsentrasi belajar anak cepat terolah lewat aspek pemikiran, kognitif based, analisa, logika, ide, perencanaan sistematis dengan memahami situasi / duduk perkara yang dihadapi. Anak biasanya menggunakan hipotesa, metode, rumusan dan asumsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bagus dalam ilmu pasti, MaFiA (Matematika, Fisika, Kimia) dan sejumlah ilmu yang memerlukan perhitungan matematis lainnya. Moda Pengamatan / Watching (Reflective Observation) Konsentrasi belajar anak belajar melalui pengamatan, mendasarkan kesimpulan hanya pada hasil akhir tidak peduli teori asumsi yang sudah muncul, pengamatan dari berbagai perspektif, salah satunya dengan menyimak makna dari hal yang diamati. Bagus dalam ilmu biologi, kriminologi, laboratorium based, jurnalistik penyelidikan, dan ilmu lain yang terkait penyelidikan dan pengamatan. Moda Tindakan / Doing (Active Experimentation) Konsentrasi belajar anak dilakukan melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, terkadang berkombinasi dengan anak yang memiliki gaya pengamatan juga. Cocok dalam menyerap pelajaran secara langsung dengan aktifitas di lapangan, seperti mekanik, elektrik, permesinan dan sejumlah aktifitas belajar yang lebih mementingkan sisi aktifitas lapangan. Bagaimana kalau anak kita memiliki kombinasi dari 4 hal diatas? Perlu dipahami juga bahwa jarang sekali ada anak yang memilii gaya belajar 100% absolut untuk satu gaya yang sudah disebutkan diatas. Selalu ada kombinasi yang pada akhirnya menghasilkan 4 kombinasi pula, sebagai berikut Find Us on Twitter : @solusi_bijak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H