Kehadiran konser Hitman David Foster And Friends di De Tjolomadoe, Colomadu, Karanganyar, Indonesia, Sabtu (24/3/2018), benar-benar merupakan kejutan indah bagi warga Solo dan sekitarnya sebab di wilayah ini jarang digelar konser dengan menghadirkan musikus kelas dunia. Nama David Foster memang sudah tidak asing lagi.Â
Terlebih, komposer asal Kanada ini cukup kerap mengadakan konser di Indonesia, wilayah terdekat dengan Solo yang pernah disambangi komposer St Elmo's Fire ini adalah Candi Prambanan (perbatasan Jogja dan Klaten). Namun, David Foster belum pernah mengadakan konser di Solo. Apalagi Anggun dan Brian McKnight! Bagi warga Soloraya penggemar David Foster, ini tentu kesempatan langka untuk dapat menyaksikan secara langsung aksi sang maestro di panggung.
Namun bagi penggemar Anggun, seperti saya, ini juga kesempatan langka. Sebab, sekali pun sering mondar-mandir ke Jakarta, Anggun tidak mungkin mampir ke Solo untuk mengadakan konser. Karena itu bagi orang yang ngefans berat wanita kelahiran 29 April 1974 ini, konser ini menjadi kesempatan untuk bertemu langsung dengan pelantun Stranger ini.Â
Ya, kapan lagi bisa melihat dan bertemu Anggun secara langsung? Bukan menyaksikan dia di tayangan televisi atau di Youtube! Di mata saya Anggun adalah sosok musikus yang betul-betul penuh totalitas dan mewakili kata determination. Di tengah gempuran musik EDM yang diusung musikus muda seperti Martin Garrix atau Alan Walker, Anggun terbukti juga masih bisa eksis tanpa harus ikut-ikutan banting setir beralih ke aliran EDM. Anggun tetap berhasil memikat pasar dengan lagu-lagu karyanya yang "Anggun banget".Â
Tidak terpengaruh pasar. Tidak peduli apa kata orang. Dia punya prinsip, punya values sendiri .... Seperti saat menciptakan Buy Me Happiness atau What We Remember, ada nilai-nilai yang ingin Anggun sampaikan kepada penggemarnya. Bukan sekadar jualan lagu. Mungkin itu yang membuat Anggun tetap eksis sekali pun usia sudah tak lagi muda.Â
Sejujurnya saya baru "menyadari" kehadiran Anggun di blantika musik Tanah Air justru saat dia sudah terbang jauh ke Prancis. Sewaktu dia masih menjadi lady rocker dengan tembang-tembang hitsnya seperti Mimpi atau Tua Tua Keladi, saya malah tidak begitu ngeh dan tidak ngefans. Saya langsung jatuh cinta kepada Anggun saat kali pertama mendengarkan lagunya berjudul Look Into Yourself. Lagu ini, menurut saya, benar-benar wow! Lirik lagu ini memotivasi kita untuk percaya kepada kekuatan diri kita sendiri.Â
Lagu ini menyadarkan kita semua bahwa we are the master of our destiny. Lagu ini benar-benar menyiratkan Anggun banget. Kalau kita ingat bagaimana perjuangannya merintis karier internasionalnya, rasanya kita bakal tahu bahwa lewat lagu ini Anggun seperti mengajak kita untuk percaya kepada diri kita sendiri dan percaya pada apapun yang kita kerjakan. Waktu itu, di usia yang masih sangat muda, Anggun memutuskan menjual perusahaan rekaman miliknya untuk merintis karier internasionalnya. Awalnya, dia memilih tinggal di Inggris.Â
Namun di Inggris, dia tidak juga menemukan jalan yang tepat sehingga akhirnya dia memutuskan pindah ke Prancis. Mungkin jodoh kariernya memang di sini. Dia bertemu produser musik Erick Benzi (yang juga memproduseri Celine Dion). Di sini, Anggun dipaksa bisa bahasa Prancis dan mengubah imajinya sebagai lady rocker menjadi penyanyi pop ala-ala Sade. Selanjutnya, impian Anggun pun mulai menjelma menjadi kenyataan.
Kalo ditanya apa sih yang membuat elo memuja Anggun? Jawabannya... oh, ada banyak sekali alasan. Yang jelas, saya suka Anggun the whole package, baik sebagai pribadi maupun karya-karyanya. Pertama, sebagai pribadi, dia memiliki sikap-sikap positif yang sepatutnya kita teladani. Dia menunjukkan kepada kita betapa kerja keras, mau terus belajar/membuka diri terhadap hal baru dan keteguhan hati merupakan modal utama untuk sukses.
Kerja keras semata, tanpa mau belajar hal baru, saya kira juga tidak bakal mengantarkan kita kepada kesuksesan. Anggun mau belajar. Bayangkan, dia belajar bahasa Prancis secara otodidak. Dia turun ke jalan, menyapa orang-orang Prancis dengan keterbatasannya akan bahasa Prancis. Dia juga mau belajar mengubah imej: bayangkan dari seorang lady rocker kemudian malik grembyang alias berubah 180 derajat menjadi penyanyi yang cewek banget, itu tentu bukan hal mudah bukan?
Alasan kedua adalah kemampuannya. Tahukah Anda? Di dunia ini, tak banyak pencipta dan penyanyi yang bisa mencipta lagu dalam tiga bahasa. Dan Anggun bisa melakukan itu! Sebab Anggun menguasai tiga bahasa yaitu Prancis, Inggris, dan Indonesia. Tak heran, kita bisa dengan mudah menemukan lagu-lagu Anggun dalam versi tiga bahasa yang dia kuasai tersebut.
Lagu Snow on The Sahara punya versi bahasa Prancis yaitu La Neige Au Sahara. Sementara lagu Rose in the Wind (bahasa Inggris) punya versi bahasa Indonesia yaitu Kembali. Itulah kehebatan Anggun yang membedakannya dari pencipta dan penyanyi lainnya.
Alasan ketiga adalah terkait karya-karyanya. Selain easy listening dan enak didengar, kebanyakan lirik lagu-lagu Anggun tidak menye-menye. Sekali pun mungkin lagu tersebut bertema tentang patah hati, namun liriknya tidak cengeng alias menye-menye. Alih-alih cengeng, lirik lagu Anggun justru mengajak untuk bangkit seperti tertuang di lagu I'll Be Alright.Â
Di sisi lain, melalui lirik-lirik lagu yang dia tulis, kita bisa melihat kejujuran Anggun dalam berkarya. Dia menulis dan menciptakannya dengan hati. Ada beberapa lagu yang saya tangkap sebagai curahan hatinya misalnya di lagu Rose in the Wind (bahasa Inggris) atau Kembali (versi bahasa Indonesia).Â
Pada lagu ini dia seolah curhat tentang kerinduannya kepada tanah kelahirannya, Indonesia. Dia ingin kembali tanpa resah hati, tanpa banyak mendapat pertanyaan tentang keputusannya beralih kewarganegaraan. Bahkan, bila kita cermati, di lagu Rose in the Wind, kita bisa mendengar dia menyelipkan kalimat,"Garuda, maafkan aku melupakanmu. Tapi cinta lebih kuat daripada perbatasan." atau "Biarkan aku jadi kompasmu. Bawa daku bersama anginmu..." Dia juga mencurahkan kesedihannya lewat lirik, "Tell me why i always alone?" yang seolah menyuarakan kesedihannya melawan suara orang-orang yang mencibir keputusannya.
Kehebatan keempat yang membuat saya memuja seorang Anggun Cipta Sasmi adalah meski sudah memasuki kepala 4, sebagai pencipta dan penyanyi lagu, Anggun tetap eksis dan berkarya. Bahkan lagu terbarunya, What We Remember berhasil masuk 10 Billboard Dance Charts di Amerika Serikat selama tiga pekan. Penyanyi (wanita) mancanegara, mungkin banyak yang masih eksis meski usia tak lagi muda, Madonna misalnya. Namun, penyanyi Indonesia kebanyakan sinarnya langsung meredup.
Kesuksesan Anggun masuk tangga lagu Billboard padahal usia tak lagi terbilang muda ini seperti mengulang kesuksesannya 20 tahun lalu. Lewat Snow on the Sahara, Anggun menjadi legenda Asia sebagai artis kelahiran Indonesia yang pertama (dan satu-satunya dalam sejarah) menduduki tangga lagu Billboard sebanyak tiga kali yaitu Adult Pop (posisi 22), Dance Song (posisi 16), dan Album Heatseekers (posisi 23). Bukankah ini prestasi luar biasa?
Kiprah Anggun bukan hanya sebagai penyanyi dan pencipta lagu semata. Dia juga menjadi duta PBB untuk program Mikrokredit (2005) dan FAO (2009). Pada saat menjadi duta PBB ini, dia menciptakan lagu berjudul Buy Me Happiness yang pesan moralnya adalah harta bukan satu-satunya jaminan kebahagiaan.
Seperti pesan Anggun yang tertuang dalam lagunya What We Remember, di dunia ini memang tidak ada yang abadi, termasuk popularitas. Namun Anggun berhasil mempertahannya tanpa harus ikut-ikutan musikus lain, tanpa harus bikin sensasi murahan.Â
Saya hanya berdoa semoga kelak, Indonesia mampu melahirkan musikus sekelas Anggun atau lebih hebat lagi dari Anggun. Karena kalo hebatnya seperti Anggun, ya berarti enggak hebat. Harus lebih hebat lagi dari Anggun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H