Mohon tunggu...
Miftakhul Huda
Miftakhul Huda Mohon Tunggu... Lainnya - UIN Walisongo Semarang

UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nyadran, Masyarakat, Konvensi Adat dengan Islam

2 Mei 2020   10:10 Diperbarui: 2 Mei 2020   10:24 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti dalam pelaksanaan tradisi Jawa sedekah bumi (Nyadran) dikonvensi atau dimufakatkan dengan cara dikolaborasikan dengan unsur nilai-nilai Islami yang pada saat itu berkembang di masyarakat.

Adanya sebuah konvensi tradisi Jawa dan Islam yang kemudian terbentuk sebuah perwujudan tradisi sedekah bumi (Nyadran), tidak terlepas dari dorongan atau motivasi masyarakat Kayugeritan, Pekalongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. 

Adapun alasan masyarakat ikut berpartisipasi dalam tradisi Nyadran, selain terdorong oleh sistem kemufakatan kegiatan bersama yang ada dalam masyarakat juga karena dorongan tiap individu untuk mengikuti rangkaian kegiatan tradisi sedekah bumi (Nyadran), yaitu masyarakat memiliki kebutuhan psikologi kompleks. 

Dengan mengikuti kegiatan yang bernuansa spiritual seperti sedekah bumi (Nyadran), masyarakat dapat memenuhi ketercapaian rasa kepatuhan kepada Allah SWT, ketercapaian rasa syukur, ketenangan yang mendalam karena lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.

Berkaitan dengan adanya keinginan untuk mengkonvensikan tradisi Jawa dan unsur-unsur nilai Islami, maka dalam hal tersebut masyarakat melaksanakan tradisi sedekah bumi (Nyadran) dengan mengakulturasikan budaya yang dianut masyarakat secara turun temurun dari setiap generasi dengan budaya Islam. 

Sehingga tampak pada prosesi kegiatan sedekah bumi (Nyadran) terdapat budaya Jawa lama yaitu budaya penyajian kemenyan di pemakaman leluhur, tabur bunga, tanam telur di pemakaman, makan bersama di dekat pemakaman, membawa gunungan (makanan hasil bumi), kemudian ditampilkan beberapa kesenian daerah seperti gamelan Jawa, tarian masal (tayuban), wayang kulit, dan lain sebagainya. 

Sedangkan unsur-unsur Islami yang dilakukan pada prosesi sedekah bumi tersebut, yaitu doa bersama di pemakaman (ziarah kubur), membaca tahlil (tahlilan), istighosahan, dan ceramah agama di malam hari.

Kesimpulan 

Adat adalah kebiasaan yang dilakukan masyarakat secara turun temurun dan dilestarikan dari generasi ke generasi, adat biasanya akan sangat berkaitan dengan kepercayaan, perubahan keyakinan dalam masyarakat bisa mempengaruhi adat. 

Namun pada dasarnya adat akan terus ada seiring berjalannya waktu dengan berbagai penyesuain yang ada di masing-masing jaman, adat nyadran yang dahulu berada dijaman Hindu Budha sekarang beralih menyesuaikan ajaran Islam, dengan sedikit penyesuaian tersebut maka adat akan terus berjalan tanpa ada pertentangan yang dapat menghilangkan kebiasaan tersebut. 

Islam mengajarkan umatnya untuk bersyukur kepada Allah dan melalui adat Nyadran atau sedekah bumi dimana masyarakat berkumpul untuk melakukan doa bersama dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Dengan hal ini maka tujuan adat sejalan dengan ajaran agama dan adat bisa terus lestarai dari generasi ke generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun