Mohon tunggu...
Sholikhul Hadi
Sholikhul Hadi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang pengajar di salah satu sekolah di Desa Dudakawu tepatnya di UPTD SDN 1 dudakawu Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Budaya Positif di SDN 1Dudakawu

13 Agustus 2024   12:44 Diperbarui: 13 Agustus 2024   12:54 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerapan Budaya positif di SDN 1 Dudakawu

Oleh : Sholikhul hadi

CGP A11

Ketika mendengar kata 'disiplin', apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata 'disiplin' juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama sekali.

Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau.

Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apalagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel ini:

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman 

Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal

2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 

Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.

3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. 

Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

"Merdeka itu artinya tidak hanya terlepas dari perintah akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri" Ki Hajar Dewantara.

Bahwa penghargaan berlaku 'sama' dengan hukuman, dalam arti meminta atau membujuk seseorang melakukan sesuatu untuk memenuhi suatu tujuan tertentu dari orang yang meminta/membujuk. Dorongannya eksternal dan ada faktor ketergantungan. (Alfie Kohn, 1993).

Dengan menerapkan budaya positif di sekolah maka akan memudahkan dalam mencapai tujuan pendidikan berdasarkan filosofi KHD yaitu pendidikan yang berpihak pada murid serta bersifat menuntun sesuai dengan kekuatan kodrat yang ada dalam diri murid maka akan terbangun budaya positif yang baik di sekolah.

Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah/ladang tempat bercocok tanam, Bibit diibaratkan sebagai siswa yang heterogen. ( sehingga guru harus mengusahakan   agar   sekolah   menjadi   lingkungan   yang   menyenangkan,   menjaga,   dan melindungi murid dari  hal-hal  yang tidak baik. Dengan demikian,  karakter murid tumbuh dengan   baik.   Sebagai   contoh,   murid   yang   tadinya   malas   menjadi   semangat,   bukan kebalikannya. Murid akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya,  maka proses pembelajaran  akan  sulit terjadi.  Maka di  sini lah peran  guru dibutuhkan untuk terlaksananya budaya positif di sekolah. Budaya positif tumbuh dari keyakinan akan nilai kebajikan yang disepakati bersama oleh seluruh warga sekolah dan menjadi kebiasaan baik yang dilakukan terus menerus dalam waktu lama.

SDN 1 Dudakawu, berada di wilayah kecamatan Kembang kabupaten jepara dan berada di ketinggian 2000mdpl diatas permukaan laut, di lingkunagn sekolah yang nota benenya di pedesaan dan pegunungan dengan didukung tenaga yang relatif muda dan profesional telah berhasil membentuk karakter budaya positif melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan dilingkungan skolah seperti halnya, jum'at beramal, sabtu sehat kegiatan keagamaan dan kegiatan yang lain. Tentu saja hal ini menjadi sesuatu hal yang positif dan berdampak pada murid dimana penerapan budaya positif di sekolah. Pelaksanaan penerapan budaya positif ini dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar pada disekolah dengan harapan murid dapat melaksankan budaya positif dilingkunagn sekitar rumahnya.

Tujuan

  • Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang budaya positif
  • Terbentuknya motivasi intrinsik pada murid tentang pembentukan keyakinan kelas.

Tolok ukur

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol kegiatan agar tetap terarah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut :

  • Terlaksananya desiminasi budaya positif di sekolah
  • Timbulnya pembelajaran yang bermakna dari terciptanya disiplin positif.
  • Murid bertanggungjawab terhadap keyakinan kelas yang telah disepakati bersama.

Lini masa yang dilakukan

  • Berkoordinasi dengan kepala sekolah
  • Melakukan sosialisasi tentang penerapan budaya positif
  • Menjelaskan tentang pengertian dan pentingnya keyakinan kelas
  • Memfasilitasi murid untuk berkolaborasi membuat keyakinan kelas
  • Menempelkan kesepakatan kelas di dinding kelas
  • Meminta murid untuk menuliskan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama agar mudah untuk diingat
  • Melaksanakan keyakinan kelasn secara konsisten mendokumentasikan kegiatan

Dukungan yang dibutuhkan

  • Berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, murid, serta orang tua murid agar dalam penerapan keyakinan kelas dapat terimplementasi dengan baik. Baik di lingkungan kelas, ekolah, rumah maupun ditempat lain.
  • Alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya kertas karton, gunting , lem, spidol,bulpen, post it, serta ATK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun