Perubahan iklim merupakan fenomena jangka panjang yang mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca di seluruh dunia. Ini disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan, yang meningkatkan emisi gas rumah kaca seperti CO2, metana, dan dinitrogen oksida. Dampaknya meliputi pola cuaca yang tidak stabil, pencairan es global, dan kenaikan permukaan air laut baik di tingkat internasional maupun domestik.
Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan iklim telah menyebabkan dampak serius seperti mencairnya gletser, meningkatnya frekuensi badai dan banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan bahkan pandemi, yang semuanya mengancam kehidupan manusia, keanekaragaman hayati, dan ekosistem. Hutan mangrove, khususnya, juga terpengaruh secara signifikan oleh perubahan iklim dengan tingkat penyusutan mencapai 1-2% per tahun di beberapa wilayah Asia Tenggara, yang terutama disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut dan perubahan penggunaan lahan.
Mangrove memiliki peran krusial dalam mitigasi perubahan iklim. Mampu menyimpan karbon dalam jumlah besar melalui proses fotosintesis dan sedimentasi, serta memberikan perlindungan fisik terhadap pantai dari angin topan dan gelombang besar. Keunggulan mangrove dalam menyerap karbon sangat luar biasa, dengan kemampuan menyerap karbon 3-5 kali lebih besar per hektar dibandingkan hutan daratan. Selain itu, hutan mangrove juga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca seperti metana dan dinitrogen oksida, yang memiliki potensi pemanasan global lebih kuat daripada CO2.
Upaya restorasi mangrove telah menunjukkan keberhasilan signifikan di beberapa negara. Vietnam, misalnya, berhasil merehabilitasi lebih dari 200.000 hektar mangrove di Mekong Delta setelah mengalami deforestasi besar-besaran untuk tambak udang. Namun, tantangan besar masih dihadapi di Indonesia, di mana tekanan dari konversi lahan untuk pertanian dan akuakultur tetap tinggi, membutuhkan intervensi yang berkelanjutan untuk menjaga keberhasilan jangka panjang.
Perubahan iklim global saat ini menunjukkan peningkatan suhu rata-rata dunia dan pola cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi. Laporan IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) terbaru menegaskan bahwa pemanasan global telah mencapai 1,1°C di atas tingkat pra-industri, yang berdampak pada kenaikan permukaan laut dan frekuensi bencana alam yang meningkat di berbagai belahan dunia.
Mangrove semakin dikenal pentingnya tidak hanya sebagai penyedia jasa ekosistem bagi keanekaragaman hayati laut dan masyarakat pesisir, tetapi juga sebagai penyerap karbon yang efektif. Hutan mangrove juga tidak hanya melindungi dari bencana alam seperti badai dan gelombang tinggi, tetapi juga efektif dalam menjebak sedimen dan polutan serta mencegah erosi pantai.
Perlindungan mangrove telah diakui secara global karena kontribusinya dalam mengurangi ancaman bahaya pesisir dan dalam adaptasi terhadap perubahan lingkungan di daerah pesisir. Mereka mampu menjaga stabilitas garis pantai dan meredam energi pemecah gelombang dengan lebih baik daripada penghalang buatan lainnya, yang merupakan aspek penting dalam menghadapi dampak tsunami dan bencana alam lainnya.
Hutan mangrove memainkan peran penting dalam mitigasi bencana alam dan penyesuaian terhadap perubahan iklim. Mangrove mampu mengurangi tinggi gelombang hingga 66% pada jarak 100 meter dari hutan mangrove, melindungi wilayah pesisir dari badai, dan menstabilkan pantai dengan sistem akar yang kokoh. Ahli menyatakan bahwa mangrove dapat meredam angin dan gelombang hingga 99%, sehingga efektif dalam mencegah erosi dan mendukung ekosistem pesisir.
Bukti keberhasilan peran mangrove dalam mengurangi dampak bencana alam terlihat jelas dalam berbagai penelitian terdahulu. Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa hutan mangrove mampu meredam kekuatan gelombang besar dan badai, mengurangi risiko banjir, serta menstabilkan garis pantai. Misalnya, penelitian di kawasan pesisir Asia Tenggara mengungkapkan bahwa wilayah dengan hutan mangrove yang sehat mengalami kerusakan yang jauh lebih sedikit saat terkena badai dibandingkan dengan wilayah tanpa mangrove (Das et al., 2020). Keberhasilan ini tidak hanya terbukti dalam mitigasi bencana alam, tetapi juga dalam pemulihan ekosistem pasca-bencana, di mana mangrove berperan penting dalam mempercepat sedimentasi dan mengurangi erosi tanah (Gomes et al., 2021). Studi-studi tersebut memberikan bukti kuat bahwa investasi dalam konservasi dan restorasi mangrove adalah strategi yang efektif untuk meningkatkan ketahanan wilayah pesisir terhadap bencana alam.
Selain itu, peran penting mangrove dalam mitigasi perubahan iklim adalah kemampuannya dalam menyerap karbon, dikenal dengan konsep karbon biru. Kemampuan nya dalam mengubah karbon dioksida atmosfer menjadi biomassa dan menggesernya ke sedimen pesisir menjadikannya salah satu sumber penting dalam menangkap karbon dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Namun, meskipun manfaat besar yang dimilikinya, mangrove menghadapi ancaman serius dari aktivitas manusia seperti konversi lahan untuk akuakultur. Di beberapa wilayah, permintaan akan sumber daya mangrove telah mengakibatkan penurunan signifikan dalam stok karbon mereka, yang menunjukkan perlunya pelaksanaan inisiatif konservasi dan kebijakan penggunaan lahan yang berkelanjutan.
Penelitian oleh Elwin et al. (2024) mengungkapkan bahwa permintaan sumber daya mangrove di wilayah studi menyebabkan kerugian stok karbon. Aktivitas akuakultur, terutama di pantai barat Teluk Thailand, berkontribusi pada penurunan hutan mangrove, menyumbang hingga 52% dari kerugian mangrove global dan mengakibatkan hilangnya stok karbon dalam komunitas tumbuhan.
Secara keseluruhan, peran mangrove dalam mitigasi perubahan iklim dan perlindungan terhadap bencana alam semakin penting di era ketidakpastian iklim global saat ini. Untuk menjaga manfaat ekosistem ini dalam jangka panjang, perlindungan dan restorasi mangrove harus menjadi prioritas dalam kebijakan lingkungan global dan lokal.
Potret Hutan Mangrove dalam mitigasi Perubahan Iklim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H