Mohon tunggu...
Solihin
Solihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Guru IPS

Sedang berusaha sebaik-baiknya || "Man Jadda Wajada"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Perenialisme

27 Mei 2020   11:57 Diperbarui: 14 Juni 2021   17:22 6995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Filsafat Pendidikan Perenialisme (unsplash/inaki del olmo)

Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh. 

Pada kesempatan yang berharga ini, saya menulis tentang salah satu aliran filsafat Yaitu Filsafat perenialisme yang memiliki peran penting dalam pendidikan. Aliran ini mengajarkan kepada kita untuk tidak melupakan kebudayaan luhur yang terbukti baik hasilnya. Selengkapnya baca sampai bawah ya.

Secara etimologi, kata perenialisme berasal dari bahasa latin yaitu "perennis" yang berarti abadi, kekal atau tiada akhirnya dan "isme" yang artinya paham atau aliran. Sedangkan secara terminologi , 

istilah perenialisme adalah ajaran yang berpandangan kepada nilai-nilai kebudayaan lampau yang sudah teruji kebenarannya. Jadi bisa dijabarkan bahwa filsafat perenialisme adalah suatu ajaran filsafat yang yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan masa lampau yang sudah terbukti baik hasilnya sepanjang sejarah.

Pada hakikatnya aliran ini meyakini bahwa kepercayaan yang aksiomatis ada pada zaman kuno khususnya Abad pertengahan, hal mana perlu untuk dijadikan acuan fundamental pendidikan zaman sekarang maupun masa depan. 

Baca juga : Aliran Perenialisme Filsafat Pendidikan

Aliran ini juga memandang bahwa keadaan zaman sekarang sudah banyak diwarnai dengan kekacauan dan kehancuran serta menimbulkan berbagai krisis kehidupan di segala bidang. 

Maka dengan keadaan tersebut aliran ini menawarkan untuk menengok kembali kepada kepercayaan aksiomatis zaman kuno yang sudah terbukti ketangguhannya dan membawa kemanfaatan bagi zaman berikutnya.

Dalam pandangan perenialisme, pendidikan harus mengacu kepada nilai-nilai kebudayaan lampau atau disebut dengan "regressive road to culture" yang dimana nilai nilai tersebut berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan moral yang dapat mengembalikan kondisi Krisis di zaman modern ini.

Dengan nilai-nilai tersebut segala krisis pada zaman ini dapat teratasi sesuai dengan apa yang dicitakan oleh pendidikan. Bagi aliran perenialisme, pendidikan memiliki peran penting dalam proses peradaban manusia untuk mengembalikan kondisi manusia pada zaman modern yang penuh krisis ini kepada kebudayaan zaman lampau yang dianggap telah cukup ideal dan teruji kebenarannya.

Baca juga : Filsafat Perenialisme yang Bersangkutan dengan Rindu Tuhan

Salah satu tujuan pendidikan versi aliran perenialisme adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut dan abadi yang pernah ada dalam kebudayaan masa lampau dan dianggap ideal, agar anak didik dengan akalnya dapat menguasai apa yang dipelajari.

Adapun kedudukan anak didik merupakan subjek dalam proses belajar dan guru mendorong anak didik untuk membangkitkan potensi yang dimiliki oleh anak didik yang masih tersembunyi agar menjadi aktif dan nyata. Sedangkan posisi guru bagi aliran ini adalah seorang pengajar yang betul-betul menguasai ilmu yang diampunya sehingga dia dapat mengarahkan muridnya menuju kepada kebenaran. Karena ia adalah center of excellence.

Metode belajar dalam pandangan perenialisme adalah metode membaca dan diskusi. Karena dengan membaca buku karya para tokoh yang berpengaruh sebelumnya (The Great Books) siswa dapat mengetahui apa saja yang terjadi pada masa lampau serta memikirkan peristiwa yang terjadi dimasa lalu sebagai bahan pertimbangan untuk kehidupan masa sekarang.

Baca juga : Aliran Filsafat Perenialisme dan Konsep Dasar Serta Tokoh Filusufnya

Salah satu tokoh filsafat pendidikan perenialisme kontemporer adalah Robert M. Hutckins

  • Robert Maynard Hutckins

Hutckins berpendapat bahwa tugas pendidikan ialah sebagai upaya untuk menjadikan manusia humanisme atau bisa dikatakan "memanusiakan manusia itu sendiri" (to improve man as man). Menurutnya, pendidikan mampu mengarahkan anak didiknya untuk memaksimalkan potensinya sebagai manusia dalam rangka mempelajari dan menerapkan nilai-nilai perenial.

Semoga bermanfaat sobat, jangan lupa dirate dan komen ya.

Sampai jumpa kembali ,,,, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun