Perdebatan 2 tokoh besar saat itu, yaitu sunan kudus dan kiai Pengging memang sulit untuk di akselerasikan. Keduanya bahkan saling menghunus keris dan nyaris berhadap hadapan di pendopo kadipaten Pengging Boyolali.Â
Pagi hari ketika  terang matahari menyinari Boyolali, pasukan Demak yg di pimping panglima Sunan Kudus meniup Bende berkali2 sebagai tanda pergerakan penyerangan ke Kota Pengging. Penyerangan dilakukan sebab Kiai Pengging dinyatakan sebagai penganut aliran sesat dan  partai pembangkang yg menbahayakan kedamaian kekuasaan Demak.
Meskipun di kepung pasukan demak kyai Pengging tidak mundur sejengkalpun.
 Sabar kudus, "Kata Pengging lantang " serambi memberikan surat wasiat.Â
Surat  itu, hanya Satu lembar kulit bertulis huruf kawi  dan berikutnya ada di genggaman Sunan Kudus . Surat itu mulai dibukanya. Surat terbuat dari kulit bertinta mahal itu bertanda tangan Kiai Pengging.Â
Sunan kudus membacanya dalam hati :
" Fana ' adalah jalanya  dari ma'rifat, dan ma'rifat jalanya adalah dari cinta, dan cinta jalanya adalah ta'at. Dan ta'at sejatinya adalah pengamalan dan ungkapan. Dan ta'at jalanya adalah etika etika. Dst....
Sunan Kudus menyarungkan Kiai Naga yg telah menebar aroma darah. Dan duduk seraya berkata :Â
Aku masih pada tataran ta'at Pengging. Dan aku belum memahami apa itu fana'
Pengging menjawabÂ
Bawalah kitabku ini, dan bacalah tentang martabat manusia.yg sesungguhnya. Dan martabat Tuhan yang  sesungguhnya. Dan Ambillah semua kerajaan ini dan sampaikan pada rajamu bahwa di dunia ini tidak ada yg perlu kita musuhi kecuali nafsu amarah pada badan sendiri.Â