Mohon tunggu...
SOLIHAH SR
SOLIHAH SR Mohon Tunggu... Dosen - Dosen IAI Latifah Mubarokiyah

My hobby is listening to the music

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rebo Wekasan, Tradisi, Doa, dan Harapan

4 September 2024   05:33 Diperbarui: 4 September 2024   08:50 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rebo Wekasan dan Tradisi

Berbicara tradisi mengingatkan pikirankita  pada sesuatu aktifitas yang dilakukan secara turun temurun  dari generasi ke generasi selama ratusan tahun. Tradisi di Indonesia tidak lepas dari sebuah adat istiadat dan kepercayaan masyarakat Islam . Tidak ada bukti tertulis  sejak kapan tradisi ini dilaksanakan dan siapa yang memulainya. Akan tetapi tradisi ini seakan sudah menyatu dalam kehidupan Masyarakat  dan seakan-akan jika tidak dilaksanakan, bencana dan malapetaka akan datang menimpa mereka.

Rebo Wekasan bagian dari tradisi yang dilakukan oleh kebanyakan Masyarakat Indonesia di berbagai daerah khususnya Masyarakat Jawa. Masyarakat yang kental dengan aliran kepercayaannya. Mereka mempercayai bahwa di hari Rabu terakhir bulan Safar tahun Hijriyah akan turun bala dan malapetaka, sehingga mereka berupaya untuk menolak malapetaka tersebut dengan berbagai cara. Ada yang dengan  ritual sholat Rebo Wekasan, ritual mandi Safar, mencukur beberapa helai rambut,  tradisi membuat bubur merah dan putih yang kemudian di bagikan ke tetangga, istigasah, mengarak tumpeng raksasa bahkan membuat serangkaian acara selama seharian yang kemudian ditutup dengan pertunjukan wayang, mandi Safar di Sungai. Di Jawa Timur, Rebo Wekasan dirayakan dengan berbagai cara unik, tergantung kearifan local dan kebudayaan masing-masing daerah.

Rebo Wekasan ini oleh Masyarakat Jawa dijadikan sarana untuk menolak bala atau tolak bala, karena kekhawatiran yang mendalam terhadap datangnya bala dan malapetaka kepada keluarga dan anak keturunannya. Apapun yang harus dikeluarkan sebagai bentuk pengorbanannya.

Terlepas dari pro kontra Masyarakat, apakah Rebo Wekasan itu termasuk bid'ah, tahayyul dan khurafat, karena ada yang berpendapat bahwa tradisi tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Namun Masyarakat tetap melaksanakan tradisi Rebo Wekasan dengan alasan ritual keagamaan tersebut menanamkan sikap ke dalam kesadaran sendiri yang tinggi dan akan memperkuat komunitas moral.

Diantara daerah-daerah yang melakukan tradisi Rebo Wekasan antara lain warga Desa Suci Kecamatan Manyar Gresik menggelar tradisi Rebo Weksan dengan mengarak tumpeng raksasa , dilanjutkan dengan istigasah dan mandi ramai-ramai ke  Telaga Sendang Sono. Mereka meyakini bahwa dengan mandi di telaga Sendang Sono dapat membawa berkah dan menyembuhkan berbagai penyakit, karena telaga tersebut adalah peninggalan murid Sunan Giri. Di Lebaksiu Tegal dengan melakukan ritual Bersama melaksanakan solat Rebo Wekasan dan membagikan bubur merah dan bubur putih. Demikian juga di beberapa daerah lainnya dengan caranya masing-masing.

Rebo Wekasan dan Doa

Cara lain dalam melaksanakan  Rebo Wekasan, yaitu dengan menggelar istigasah atau doa Bersama. Memohon perlindungan kepada Allah SWT. Yang Maha Kuasa agar tidak menurunkan musibah dan malapetaka yang dapat menyulitkan, seperti yang dilakukan di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.

Di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya , sebagai basis Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah pun dikenal istilah "Rebo Wekasan" . sebuah tradisi yang telah dilaksanakan oleh guru Mursyid di setiap tahunnya di hari Rabu terakhir bulan Safar kalender Hijriyah. Apapun Pelaksanaan Rebo Wekasan di Pondok Pesantren Suryalaya  diisi dengan menggelar solat sunat Lidaf'il Bala sebanyak 2 rokaat pada pagi hari pukul 06.05 bada solat sunat Isroq, yang diawali dengan memperbanyak baca lantunan istighfar pada bulan tersebut. Adapun bacaan istighfar sebelum solat sunat Lidaf'il Bala tersebut adalah:

Abdi neda panghampura. Ka Gusti Allah nu Agung, ka Gusti Allah nu Agung. Teu aya deui Pangeran. Anging Allah Anging Allah anu hurip anu jumeneng ku anjeun. Abdi tobat ka Pangeran. Abdi tobat ka Pangeran, saperti abdi nganiaya. Teu ngamilik diri abdina pribadi. Teu ngamilik madhorotna. Teu ngamilik manfa'atna. Teu ngamilik kana maotna. Teu ngamilik kana hirupna. Teu ngamilik pigelarna.

"Saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung yang tidak ada Tuhan selain Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang penuh kedzaliman, yang tidak memiliki terhadap dirinya sendiri baik mudarat dan manfaatnya, mati dan hidupnya maupun bangkitnya nanti."

Lafal istighfar diatas mengandung makna yang sangat dalam tentang keadaan manusia yang tiada apa-apanya di hadapan Sang Pencipta bahkan berlumuran dosa dan kesalahan. Istighfar tersebut jika diucapkan dengan penuh khusyu dan diresapi maknanya, akan sangat menggetarkan hati bahkan tak terasa hingga mencucurkan air mata, mengakui kelemahan diri yang penuh dengan dosa dan noda.

Solat sunnat Lidaf'il Bala di bulan Safar Rebo Wekasan yang dilaksanakan di Pondok Pesanrten Suryalaya, sebenarnya bukan satu-satunya amalan solat sunnat, karena solat sunat Lidaf'il Bala tersebut dilaksanakan pula diwaktu yang lain seperti bada sholat Isya selepas zikrullah yang dilanjutkan dengan amaliah Khotaman. Demikian juga pada pagi hari sebelum solat fardlu Subuh. Jadi solat sunat Lidaf'il Bala tersebut bukan hanya bersifat tahunan namun sebagai amaliah harian.

Sebagai Ikhwan TQN Suryalaya sangat paham betul bahwa Allah swt akan menurunkan musibah kepada hambanya sebagai bentuk ujian baik berupa keburukan maupun kebaikan  seperti dalam QS. Al-Anbiya ayat 35, Al-Baqarah ayat 155 agar mereka akan Kembali kepadaNya. Oleh karena itu pelaksanaan solat sunat Lidaf'il Bala tidak dilakukan setahun sekali namun tiap hari , mengingat musibah bisa datang kapan saja.

Bagi Ikhwan TQN Suryalaya , berdoa untuk meminta perlindungan kepada Allah bukan hanya melalui solat (doa) saja,  namun juga melalui kegiatan amaliah minggun yaitu amaliah Khotaman. Suatu amalan yang dilaksanakan secara berjamaah pada hari Senin bada ashar dan hari Kamis bada Ashar. Amalan Khotaman bersifat temporer yang bisa berubah waktunya menjadi amalan harian mengingat intensitas permasalahan yang dapat mendatangkan musibah  di zaman sekarang semakin kompleks. Salah satu doa yang terdapat dalam amalan Khotaman adalah:

Ya Allah Yang Maha Menolak segala cobaan, (500)

Yang dibaca sebanyak 500x

Rangkaian amalan ibadah dilaksanakan bagi ikhwan TQN Pondok Pesantren guna untuk meningkatkan ketaqwaan kita sebagai hambaNya disamping untuk memohon doa dan perlindungan kepadaNya

Rebo Wekasan dan Harapan

Tradisi Rebo Wekasan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa terlepas dari pro dan kontra terkait dengan hukumnya, pastinya tradisi Rebo Wekasan memiliki harapan kedepannya untuk kehidupan mereka.

Walaupun cara yang dilakukan berbeda-beda namun tujuannya satu yakni memohon perlindungan kepada Allah SWT. Atas cobaan, musibah dan malapetaka yang dimungkinkan akan terjadi.

Harapan dari tradisi Rebo Wekasan digelar antara lain; ingin terhindar dari bahaya yang akan terjadi, ingin mendapat berkah dan terhindar dari berbagai macam penyakit, serta dengan bersedekah atas rezeki yang telah dilimpahkan oleh Sang Pemberi Rezeki, mereka berharap menjadi penolak bala, mengingat keutaman dari sedekah sangat luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun