Mohon tunggu...
solekhah  Lekhah
solekhah Lekhah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis amatir

Penulis pemula yang ingin menuangkan imajinasi nya, merasa perlu belajar dan belajar lagi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen: Ratu Julid

10 September 2020   07:46 Diperbarui: 10 September 2020   16:25 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jadi cewek itu yah. Jangan yang Gatel eh bukan gatel. tapi yang pasti, jangan kek lautan diam diam malah Ngulung!" Ujar ibu berbadan tambun dengan gerakan lugas. Jemarinya dipenuhi emas jika dirinya berjalan khalayak toko emas berjalan.

"Yah gimana ya Buk! Cantik si orang nya, Yah gituh deh kelakuan!" Timpal ibu satunya.

"Ibu- ibu. Jangan pada Ngerumpi udah sore loh. Ntar suaminya pulang gak ada makan berlain hati loh ke Warung Mbak Cantik!" Sela ibu di samping nya.

"Kamu loh Jeng Tinah, Kalok ngomong di jaga. Suami mu yang kecantol apa gak guling-guling kamu!" Ujar Bu Terjuni yang tak terima omongan nya di bantah, jemarinya sibuk membenarkan letak cincin batu mulia nya.

"Ih Bu Terjuni, suami saya kan setia. Mending Bu Terjuni siap siap Gih masak" sindirnya kesal namun berusaha tersenyum.

"Oh nah gini! Ciri-ciri Isteri Gak tahu tabiat Persuamian, dipikir suami Jeng Tina itu setia apa? Halah! Malem malem mampir ke warung mbak Cantik emang lagi ngapain Ya Ibu-ibu, kalo enggak pingin lihat yang seg_____" ucapan Bu Terjuni terhenti begitu Bu Tinah menimpali nya.

"Kalok ngomong itu yah di Jaga Bu Terjuni, fitnah tahu gak!" Jelas Bu Tinah.

"Loh kamu itu Loh Jeng, saya itu lihat dari mata saya sendiri Jeng kalo pak Darmono setiap Malem ke Warung Mbak Cantik! Dikira istrinya Gak masak kali setiap hari kesana Mulu! Satu lagi, Informasi saya Bukan kaleng-kaleng. Segala hal itu harus disaring dulu, ingat kata pak Kominfo. Saring dulu baru Telen. Jangan langsung Telen, Ntar Seret gak baik!" ujarnya dengan nada santai namun dengan tatapan tajam.

"Udahlah Bu bubar Aja yuk, Udah gak asik! kita lanjut aja Di WhatsApp aja!" Bu Terjuni mengakhiri sesi perdebatan. Hingga tersisa Bu Tinah yang diam melihat para tetangga nya pergi ke rumah masing-masing. Nyatanya Bu Terjuni ahli dalam perprovokatoran, nyaris saja dirinya ikut dan hanyut omongannya.

Pagi hari desas desus Warung Mbak Cantik kian tercium publik Komplek Hareudang, Bu Terjuni yang kala itu melintas berhenti sejenak  di depan Mang sayur. Kedatangan nya Nampak membuat kondisi sekitar lebih kondusif, tidak seperti sebelum kedatangan nya.

Terlihat Bu Tinah memilih sayur mayur di hadapannya, sesekali berceloteh riang dengan tetangga sebelahnya. melihat gelagat aneh sang tetangga yang tidak seperti Biasanya. Bu Terjuni mendekat bibirnya sudah gatal ingin berceloteh mengenai informasi yang up to date. Belum sempat dirinya bertanya, mang sayur sudah lebih dahulu menyapanya. Hingga mau tak mau dirinya harus menahan ucapannya sejenak.

"Bu Terjuni, biasanya beli Udang Bu!" Ujar mang sayur.

"Saya mau beli cabe nya aja setengah kilo. Jangan lupa yang Rawit!" Ujarnya.

"Bu Terjuni udah tahu belum? Kalo suami Ibu tadi malem ke Warung Mbak Cantik! Katanya sih berduaan!" Tanya Bu Leni di samping kanannya.

"Kata siapa Kamu Jeng Len?" Ujarnya.

"Kata Jeng Tinah" ucapnya. Bu Terjuni panas bukan kepalang. 

"Heh. Ibu-ibu suami saya itu emang ke Warung Mbak Cantik, karena emang saya yang nyuruh buat Beli Sotonya!" Jelas Bu Terjuni kesal. 

"Lah saya subuh subuh saya lihat Pak Darmono ke Rumah Mbak Cantik! Kira-kira Ngapain Jeng Tinah" Timpal Bu terjuni lagi.

"Eh Bu Terjuni kalo ngomong itu ya jangan gitu, suami saya dirumah Kok!" Elak Nu Tinah kesal.

"Heh Mau ribut Ya!" Ujar Bu Terjuni menantang.

"Emang saya takut heh!" Ujarnya dengan nada kesal. Maju selangkah di ikuti Bu Terjuni yang sudah ancang-ancang melawan.

"Udah Yah Ibu-ibu jangan pada Berantem. Udah, kalo berantem bayar nya kapan?" Mang sayur melerai ibu ibu yang saling Jambak sana Jambak sini.

Di sisi lain Pak Darmono suami Bu Tinah baru tiba di rumah kontrakan itu, hingga dari pintu rumah Mbak Cantika itu terbuka menyuruh nya masuk.

"Dek Cantika ini surat-surat Pra Nikahnya sudah jadi!" Ujarnya menyerahkan beberapa dokumen yang di bawahnya.

"Makasih Mas No. Mau minum apa Mas!" Tanyanya. 

"Kopi seperti Biasanya. Aja Dek!" Jawabnya.

"Dek Kamu bener Mau Nikah sama Si Burhan, padahal mas suka sama Kamu Loh" Jujurnya. Mbak cantik tersenyum masam.

"Yah mana Mungkin Mas, aku udah anggap Mas itu Sodara sendiri" ujarnya. Pak Darmono terdiam melihat kepergian mbak Cantika. Dirinya menatap dokumen itu dengan pahit. Disana tertera Nama Burhan S, Suami Bu Leni tetangga sebelah nya yang akan menjadi calon suami wanita pujaannya.

TAMAT!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun