Mohon tunggu...
Soleh Hasan Wahid
Soleh Hasan Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Hukum Ekonomi Fakultas Syariah IAIN Ponorogo

Aktif menulis bidang ekonomi dan hukum bisnis,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Desa Wayang, Sejarah dan Budayanya yang Memikat

14 Juli 2024   15:22 Diperbarui: 14 Juli 2024   15:39 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, saya dan dua teman berjalan-jalan di dekat posko sebelah utara posko KPM IAIN Ponorogo. Suasana tenang, dengan angin sepoi-sepoi membawa aroma khas pedesaan. Sambil berjalan, kami berbincang-bincang menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pepohonan hijau. Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan seorang kakek tua yang ramah. Beliau adalah Mbah Setu, sesepuh desa yang dikenal bijaksana dan memiliki banyak cerita tentang masa lalu desa ini. Kami menyapanya, dan Mbah Setu mengundang kami duduk di sebuah gubuk kecil untuk beristirahat sejenak.

Mbah Setu mulai bercerita tentang sejarah dan asal usul Desa Wayang. Suaranya tenang membawa kami ke masa lalu, ke zaman ketika desa ini pertama kali ditemukan. Menurut cerita Mbah Setu, dahulu ada seorang warga desa bernama Pak Joko. Suatu hari, Pak Joko pergi ke hutan untuk menebang pohon besar yang sudah tua. Kayu dari pohon itu rencananya akan digunakan untuk membuat kerajinan tangan.

Namun, ketika Pak Joko mulai membelah kayu tersebut, ia terkejut. Di dalam batang kayu yang keras itu, ia menemukan dua wayang golek yang indah. Wayang-wayang tersebut tampak sangat tua dan memiliki aura unik. Pak Joko membawa wayang-wayang itu pulang ke desa, dan segera berita tentang penemuan ini menyebar ke seluruh penjuru. 

Para tetua desa memutuskan untuk menyakralkan wayang-wayang tersebut karena mereka percaya bahwa wayang itu membawa berkah dan perlindungan bagi desa. Sejak saat itu, wayang-wayang tersebut ditempatkan di sebuah tempat khusus dan dijaga dengan penuh kehormatan.

Kami juga berkesempatan berbicara dengan Pak Purwanto, salah satu penduduk desa yang mengetahui banyak tentang sejarah ini. Menurut Pak Purwanto, beberapa tahun setelah penemuan wayang golek tersebut, datanglah seorang dalang kondang. Dalang ini sangat terampil dalam seni pertunjukan wayang golek, dan dia pun menggunakan wayang-wayang sakral tersebut dalam setiap pertunjukannya. Pertunjukan wayang golek ini menjadi sangat populer dan menarik banyak perhatian, hingga Desa Wayang dikenal luas.

Ketika dalang kondang itu meninggal, dia dimakamkan di desa sebelah yang bernama Desa Kerajan. Namun, warisan dan pengaruhnya terhadap Desa Wayang tetap hidup hingga kini, melalui wayang-wayang sakral yang masih dijaga dengan baik.

Cerita Mbah Setu dan Pak Purwanto tentang asal usul Desa Wayang benar-benar memukau kami. Sejarah yang penuh dengan unsur budaya ini mengajarkan kami tentang pentingnya menjaga warisan leluhur dan menghormati tradisi yang ada. Hingga saat ini, Desa Wayang tetap dikenal sebagai tempat yang kaya akan budaya dan sejarah, dengan wayang-wayang sakral yang terus dijaga dan dihormati oleh seluruh penduduk desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun