Mohon tunggu...
Soleh Djayim
Soleh Djayim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

hanya seorang staf rendahan (kuli) di sebuah BUMN

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Maaf, AKIL MUKHTAR.

28 Februari 2014   18:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin saya tidak terkena dampak langsung oleh apa yang Bapak Akil Mukhtar lakukan; meloloskan permintaan dari pihak yang bertikai dalam Pilkada, sehingga pihak yang memberi imbalan uang, diakal-akali agar menang. Yang mana yang kalah atau menang dan menduduki kursi bupati atau Gubernur atau mungkin yang lain pun saya tetap tak mendapat keuntungan atau mendapat kerugian dari kejadian itu. Tak ada juga kepentingan apapun, tapi maaf, jika ketika melihat gambar dikoran atau wajah akil Mukhtar di televisi, saya merasa benci.

Ia seorang pejabat di sebuah lembaga yang sangat di hormati, Mahkamah Konstitusi. Dalam persidangan, seorang hakim biasa dipanggil dengan sebutan ‘yang mulia’. Ini menunjukkan betapa mulianya jabatan yang diemban. Dan Akil Mukhtar adalah seorang Ketua Mahkamah Konstitusi. Tidak sembarang orang bisa mencapai posisi itu. Sebuah prestasi yang hebat dan luar biasa.

Tapi, Akil Mukhtar menghianatinya dengan cara menjijikan. Saya jadi berprasangka buruk, jangan-jangan dari awal pun, Akil sampai pada posisi itu penuh dengan kecurangan dan trik-trik kotor. Maafkan ini. Saya pikir berprasangka seperti itu wajar berdasarkan analogi yang ada.

Dulu, sewaktu beredar berita Gayus Tambunan sebagai penggelap pajak yang merugikan negara milyaran Rupiah dan menguntungkan klien dan dirinya, banyak orang geram dan marah. Pasti itu. Ia memang pada posisi yang bisa untuk melakukan itu. Posisi dalam jabatan yang tidak sesulit Akil Mukhtar untuk mencapainya. Cerita tentang Gayus si penggelap pajak kemudian tertutup oleh kasus-kasus lain yang tak kalah spektakulernya.

Akil Mukhtar melakukan itu pada posisi sebagai pejabat sangat terhormat. Jabatan yang semua orang ‘percaya’ ada keadilan dan kebenaran duniawi dalam putusan-putusan dari persengketaan yang di ajukan ke Mahkamah Konstitusi. Dengan kecerobohan dan kelakukan menjijikan dari Akil Mukhtar, jelas sangat menodai lembaga itu dan diperlukan orang yang benar-benar bersih dan mampu untuk membuat lembaga itu berwibawa.

Akil Mukhtar bukan hanya merugikan pihak yang seharusnya menang, Ia juga telah merugikan wibawa Mahkamah Konstitusi, membuang rasa percaya rakyat Indonesia pada putusan-putusan yang telah dan akan di ambil. Akil sama sekali tidak mengharagai posisi terhormatnya dan mengkotori dengan sengaja lembaga yang sebelumnya begitu berwibawa dan dihormati.

Maaf Akil Mukhtar dan keluarganya, meski saya juga bukan orang bersih, saya menyebutnya kamu menjijikan. Semoga ini menjadi pembelajaran untuk lebih baik bagi semua.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun