2024 seluruh masyarakat Indonesia akan menghadapi momentum tahun politik. ini menjadi hajat rakyat dalam menentukan pemimpin yang akan datang selama lima tahun kedepan. sama halnya dengan Kasim dan Uju yang juga sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan tentunya memiliki hak pilih dalam menentukan sikap politiknya. namun sedikit berbeda dengan masyarakat lain. Kasim dan Uju ini adalah masyarakat yang menasbihkan sebagai penerima manfaat dari pertarungan para kandidat.
Suatu hari, kasim dan uju kebagian jadwal ronda di kampungnya, setelah isya Kasim datang ke pos ronda dengan menggunakan kaos dan selendang sarung sebagai penghangat saat menjalankan tugasnya. sesampaikya di pos ronda, kasim melihat spanduk besar dengan poto yang sangat cantik bertuiliskan nama lengkap yang jelas serta di tambahkan kalimat 'mohon do'a restu' dan tambahan 'Calon anggota DPRD dapil 5.'
Sontak Kasim dengan fokus memperhatikan gambar dihadapanya dengan seksama dan menggerutu, "mmmmmh, dasar tahun politik. jual gambar di pinggir jalan. masih mending kalo jadi pemimpin yang adil," ungkapnya sambil menggelengkan kepala.
Tidak lama dari itu Uju datang sambil mengendap - ngendap, berharap kasim terkejut jika ia datang. " Duaaaaar.,,,, lagi apa sim? , kaya orang bingung aja ente". ujar uju sambil tertawa melihat kasim terkejut karena ulanya.
"Ah entemah, datang bukanya beri salam, inimah kaya caleg bae." ujar kasim sambil mengusap dada sambil menghela napas.
"lah apa samanya ane ama caleg?" tanya uju sambil menggaruk kepala.
"Iya elu datang tiba - tiba," jawab Kasim.
"Lah terus caleg gimana?" ketus Uju sambil masih dalam keadaan bingung.
"Caleg kan datangnya tiba - tiba pas momentum tahun politik doang, sebelumnya kemna?" jawab tegas kasim dengan nada tinggi.
" iya sih sim, caleg itu kebanyakan kaya gitu, hadirnya pas tahun politik doang, sebelumnya saat masyarakat butuh dia kemana ya?" ungkap uju sambil mengusap dagu dan tatapan keatas seperti membayangkan sesuatu.
"Jalan masih ada yang rusak, kantor kita juga ini ga ada yang mau memperbaiki. parah memang pemimpin kita ya sim? dengan bijaksananya uju sambil menepuk pundak kasim.
ya begitulah kenyataanya. pas ada kemauan ia datang bahkan nyampe nginep di pos ini, dengan dalih berbaur dengan masyarakat. lah sekarang kemana dia?" ucap kasim.
Kasim dan uju pun duduk sambil menatap baliho calon dewan dan melamun bersama. Sila di kantor tempat kerja lembur mereka dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat yang salah satu intansi disingkat (Kamtibmas).
Tidak lama waktu berselang, Uju tersenyum jahat. ia merangkul kasim yang sedang melakukan semedinya."sim, elu lupa ya?" ungkap uju sambil menatap kasim dengan raut muka yang mulai cerah.
" apa ju?" tanya balik kasim.
"Gini, dari dulu kan kita dapat proyek baru saat momentum politik ini?".
Kasimpun mulai tersenyum manis seolah ada solusi untuk menyelesaikan persoalan rakyat Indonesia (istrinya).
Uju pun lanjut menjelaskan. " kita pahamkan soal demokrasi, bahwa kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat dan ini yang menjadi dasar bahwa setiap tahun politik dalam artian pemilihan kepala daerah hingga presiden dan DPR di pilih oleh rakyat. nah, tentu ini menjadi bukti bahwa rakyat lah yang berkuasa."Â
" iya paham soal itu, jadi kita gimana ju?" tanya kembali sosok kasim yang mulai tercerahkan.
" begini, pertama kita harus mencari calon pemimpin yang mementingkan kebutuhan rakyatnya. yang terpenting mempunyai uang untuk kita melalui amplop putih dengan warna biru tua." Uju jelaskan kembali dengan gaya akademisnya.
Kasimpun mulai kembali ide calonya. karena setiap momentum politik tidak luput dari money politik. dan ini yang menjadi ladang usaha kedua orang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H