"Jalan masih ada yang rusak, kantor kita juga ini ga ada yang mau memperbaiki. parah memang pemimpin kita ya sim? dengan bijaksananya uju sambil menepuk pundak kasim.
ya begitulah kenyataanya. pas ada kemauan ia datang bahkan nyampe nginep di pos ini, dengan dalih berbaur dengan masyarakat. lah sekarang kemana dia?" ucap kasim.
Kasim dan uju pun duduk sambil menatap baliho calon dewan dan melamun bersama. Sila di kantor tempat kerja lembur mereka dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat yang salah satu intansi disingkat (Kamtibmas).
Tidak lama waktu berselang, Uju tersenyum jahat. ia merangkul kasim yang sedang melakukan semedinya."sim, elu lupa ya?" ungkap uju sambil menatap kasim dengan raut muka yang mulai cerah.
" apa ju?" tanya balik kasim.
"Gini, dari dulu kan kita dapat proyek baru saat momentum politik ini?".
Kasimpun mulai tersenyum manis seolah ada solusi untuk menyelesaikan persoalan rakyat Indonesia (istrinya).
Uju pun lanjut menjelaskan. " kita pahamkan soal demokrasi, bahwa kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat dan ini yang menjadi dasar bahwa setiap tahun politik dalam artian pemilihan kepala daerah hingga presiden dan DPR di pilih oleh rakyat. nah, tentu ini menjadi bukti bahwa rakyat lah yang berkuasa."Â
" iya paham soal itu, jadi kita gimana ju?" tanya kembali sosok kasim yang mulai tercerahkan.
" begini, pertama kita harus mencari calon pemimpin yang mementingkan kebutuhan rakyatnya. yang terpenting mempunyai uang untuk kita melalui amplop putih dengan warna biru tua." Uju jelaskan kembali dengan gaya akademisnya.
Kasimpun mulai kembali ide calonya. karena setiap momentum politik tidak luput dari money politik. dan ini yang menjadi ladang usaha kedua orang ini.