Orang Lombok kemungkinan besar memandang tidak ada yang istimewa dengan nasi campur. Tapi itu berbeda bagi pelancong seperti saya. Aroma rempah yang begitu kuat membungkus berbagai macam sayur dan biji-bijian serta beberapa sisir daging ayam. Di manapun nasi campur berada, seperti itulah keberadaanya. Dan, sebagaimana di titik lain di pulau ini, harga seporsi nasi campur di Pasar Dasan Agung relatif sama: 5 ribu rupiah!
"Enak dan murah tenan. Bergizi pula," batin saya. Sungguh sarapan yang sehat.
Tak lupa sebungkus urap dan satu lontong saya beli untuk bekal makan siang nanti. Itu pun hanya memakan biaya 3 ribu rupiah. 2 ribu untuk urap yang volumnya sebesar dua kepalan tangan orang dewasa, dan seribu untuk lontong berbentuk kerucut dengan diameter 8 cm dan panjang 10 cm.
Untuk snack selama perjalanan, saya mempercayakan rasa nikmat dan kenyang pada celilong. Ini adalah makanan tradisional yang di Jawa umum disebut dengan lemet. Sama dengan lemet, celilong dibuat dari singkong yang dikukus dan di bagian tengahnya diselipkan gula merah. Satu biji celilong berukuran panjang 10 cm dan diameter 3 cm dikenai harga seribu rupiah. Saya memutuskan membeli 3 biji celilong untuk bekal.
Sementara untuk kebutuhan air minum, saya tukar 1 lembar 5 ribu rupiah dengan sebotol air mineral Narmada berukuran 1500 ml. Nah, ransum saya sudah lengkap: Urap dan lontong, celilong dan air mineral. Dari seputaran kawasan Pasar Dasan Agung inilah saya memulai perjalanan ke Kuta Mandalika yang ada di Kabupaten Lombok Tengah.Â
Masih pagi dan segar, saya memutuskan memulai perjalanan dengan berjalan kaki ke arah barat. Tujuan terakhir dari perjalanan kaki ini adalah Terminal Mandalika yang terletak di kawasan Bertais, Sandubaya yang masih dalam batas Kota Mataram. Sebuah kota terlalu menarik untuk dilewatkan begitu saja dengan melulu menggunakan angkutan kota. Setelah 5 menit berjalan kaki ke arah timur dari Islamic Center, saya tiba di Taman Sangkareang. Sekilas tidak ada yang istimewa dengan taman yang luasnya hanya setengah lapangan bola ini. Tapi, di kala malam, Taman Sangkareang menjadi salah satu ruang publik yang paling ramai dikunjungi setelah Taman Loang Baloq.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H