Setelah melewati beberapa warung dan gerobak penjual makanan, saya berhenti di depan warung soto kaki Mencos.
Pertimbangan saya adalah ketika melihat ada banyak orang yang makan di sana. Pemikiran saya sederhana saja. Kalau banyak yang makan, pasti masakannya enak.
Saya tidak tahu kalau soto kaki Mencos ini sudah banyak dibicarakan orang di website kuliner. Saya memang tidak terbiasa mengikuti selera makan orang sebab menurut saya lidah tidak selalu sama dalam mencecap rasa.
Orang mungkin bisa mengatakan satu makanan itu enak, tapi belum tentu bagi lidah saya. Itulah mengapa saya selalu ingin menikmati makanan yang saya temui, tanpa melihat apa kata orang dengan makanan itu.
Rasa lidah tidak bisa dibohongi, ungkapan itu tidaklah salah.
Saya selalu penasaran untuk mencoba setiap makanan yang saya temui, baik itu di warung pinggir jalan, di sebuah restoran atau di mal.
Rasa keingintauan itu yang membuat saya melangkah masuk ke warung soto kaki Mencos.
Warung soto ini tidaklah mewah, karena letaknya yang hanya di bahu jalan. Tetapi, sebab bangunannya melebar ke samping dan bagian depan hanya ditutup kerai bambu, jadilah angin leluasa masuk yang membuat makan di dalam warung itu boleh dibilang nyaman untuk makan.
Di meja depan yang berhadapan dengan meja makan pengunjung, terdapat etalase sajian. Di dalam etalase itu tersusun kaki sapi yang sudah bersih dan direbus. Kaki sapi itulah yang siap disajikan kepada pelanggan.
Walau sajian utama warung ini adalah soto kaki sapi, namun untuk tidak membuat jemu pengunjung, disediakan juga pilihan menu sop iga sapi.
Berhubung saya ke situ untuk mencoba menu utama warung itu, maka saya memesan seporsi soto kaki sapi.