Kabat - Masjid Besar Baiturrahmah sudah ada sejak tahun 1905, yang berlokasi tepat pada titik koordinat Jl. Raya Jember No.256, Mantren, Kabat, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi pada saat ini. Kala itu kondisi masjid ini hanya sebatas bangunan kuno yang dirasa layak oleh masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai tempat ibadah secara berjamaah dan masih belum mempunyai struktur ketakmiran.
Masjid Baiturrahmah memiliki luas tanah 750 m2, dan mempunyai luas bangunan 1.262 m2 dengan status tanah wakaf, dari Rafi'i. Sedangkan untuk alamatnya, masjid Baiturrahmah saat ini berada di RT 02 RW 02 Dusun Mantren Desa Kabat Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi.
Bermula dari hasil tanah wakaf itulah, Masjid  Baiturrahmah kemudian resmi didirikan pada Rabu, 15 Juni 1938 M / 16 Rabiul Tsani 1357 dan sekaligus pembentukan struktur ketakmiran, yang diprakarsai oleh Hapid / Ahmad Khoiri, atas usulan dari masyarakat.
Hingga beberapa tahun kemudian, seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan meningkatnya populasi jumlah masyarakat yang ada di Dusun Mantren, sejumlah tokoh agama, dan Takmir masjid berkeinginan untuk meningkatkan volume jamaah yang hadir di masjid Baiturrahmah, baik itu saat kegiatan sholat fardhu maupun kegiatan lainnya seperti peringatan ataupun perayaan hari besar Islam.
Karena mayoritas masyarakat setempat berprofesi sebagai petani, yang kesehariannya selalu berada di tengah sawah, sedangkan lokasi area pertanian masyarakat Dusun Mantren sendiri cukup jauh dari lokasi masjid dan pemukiman warga, menjadi penting sekali bagi sejumlah tokoh pemuka agama pada saat itu, untuk bertugas mengingatkan atau memberikan tanda bahwa telah datangnya waktu sholat.
Atas dasar pemikiran itulah, seluruh pemuka agama, tokoh masyarakat, pemuda dan masyarakat setempat kemudian bermusyawarah untuk melakukan pembangunan sebuah menara di sebelah selatan masjid. Agar supaya bisa membantu dan memudahkan para muadzin untuk bisa didengar suaranya oleh seluruh masyarakat terutama bagi yang saat bekerja ditengah sawah, ditandai dengan kumandang adzan sebagai panggilan kepada umat muslim untuk melaksanakan sholat fardhu, yang pada saat itu, masyarakat masih belum menjangkau teknologi pengeras suara.
Hingga pada akhirnya, guna memudahkan niat pembangunan menara masjid pertama di Dusun Mantren itu, Takmir masjid dan masyarakat membentuk struktur kepanitiaan agar bergerak melakukan pembangunan menara masjid untuk yang pertama kalinya di Dusun Mantren.
Ketua Takmir Pertama :Â
Hapid / Ahmad Khoiri, merupakan warga asli Dusun Mantren yang pernah melakukan pembangunan menara pertama tersebut, yaitu sekitar pada tahun 1952-an, selain itu Hapid atau Ahmad Khoiri juga pernah melakukan renovasi masjid kurang lebih sekitar pada tahun 1970-an, saat masih menjabat sebagai Ketua Takmir Pertama Masjid Baiturrahmah.
Ketua Takmir Kedua :
H. Khoirul Maskur, adalah salah satu tokoh Nahdlatul Ulama di wilayah Kabat, yang pernah menjabat sebagai Ketua Takmir masjid Baiturrahmah. Dan pada masa kepemimpinan H. Khoirul Maskur sebagai Ketua Takmir, juga pernah melakukan renovasi Masjid Baiturrahmah secara keseluruhan pada Rabu, 3 April 1984 M / 1 Rojab 1404 H.
Ketua Takmir Ketiga :
Setelah berakhirnya masa jabatan H. Khoirul Maskur sebagai Ketua Takmir Masjid Baiturrahmah, Muncullah Abdillah sebagai generasi ketiga yang resmi menjabat sebagai Ketua Takmir Masjid Baiturrahmah meneruskan H. Khoirul Maskur.
Kondisi bangunan masjid pada saat itu, sudah tergolong moderen, namun untuk memenuhi unsur kemodernannya Masjid Besar Baiturrahmah Dusun Mantren ini sayangnya masih belum memiliki fasilitas kamar mandi khusus bagi wanita.
Oleh karena itu, karena adanya dorongan dari masyarakat dan para tokoh agama, Abdillah juga menyepakati bahwa Masjid Baiturrahmah Dusun Mantren resmi membangun fasilitas kamar mandi khusus wanita disisi selatan masjid, sekitar pada tahun 1990-an.
Ketua Takmir Keempat :
Bertambahnya usia Abdillah juga menentukan kondisi fisiknya, begitu pula dengan kondisi kesehatannya yang cenderung menurun, akhirnya membuat masyarakat merasa empati padanya jika harus tetap dipaksa aktif sebagai seorang Ketua Takmir Masjid.
Keinginan masyarakat Dusun Mantren menuntut agar struktur ketakmiran terus mgepakkan sayapnya dalam perjuangan untuk memuliakan tempat dan sarana ibadah Masyarakat khususnya di Dusun Mantren, kemudian mengusulkan kepada anggota Takmir masjid untuk segara mengganti Ketuanya dengan generasi yang baru.
Pada akhirnya, Abdillah resmi diganti dengan Ma'aruf yang juga merupakan salah satu tokoh agama masyarakat sebagai generasi keempat yang resmi menjabat sebagai Ketua Takmir Masjid Baiturrahmah, dari hasil musyawarah masyarakat Dusun Mantren.
Pada masa Kepemimpinan Ma'aruf, adalah merupakan pencetus ikon Masjid Besar Baiturrahmah Dusun Mantren, sampai saat ini, yaitu dengan membangun dan menambah ketinggian menara Masjid Baiturrahmah hingga menjulang dengan ketinggian 30 Meter.
Pembangunan menara tersebut dilaksanakan pada tahun 2008, dan sampai sekarang Masjid Besar Baiturrahmah dikenal oleh masyarakat, dengan menaranya yang termasuk dalam kategori tinggi dari sejumlah Masjid yang memiliki menara di wilayah Kecamatan Kabat.
Ketua Takmir Kelima :
Dinamika masyarakat selalu berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Setahap demi setahap pergerakan struktur ketakmiran terus diupayakan oleh masyarakat untuk melakukan perbaikan kondisi bangunan dan renovasi.
Begitupula dengan perbaikan struktural ketakmiran, yang terus menerus diupayakan untuk bisa menunjang tuntutan zaman. Rotasi struktural sejumlah Ketua Takmir pendahulu, menjadi bukti bahwa tuntutan regenerasi harus tetap berlanjut.
H. Nurul Mustofa muncul sebagai pengganti Ma'aruf yang masuk dalam urutan generasi kelima pergantian Ketua Takmir Masjid Besar Baiturrahmah Dusun Mantren.
Pembangunan Masjid yang dilakukan dalam masa kepemimpinan H. Nurul Mustofa sebagai Ketua Takmir bisa dibilang cukup besar, lantaran menyasar ke berbagai sudut dari luas wilayah Masjid, dan membutuhkan waktu lama sekaligus menelan biaya yang tidak sedikit.
Pada 5 Agustus 2015 / 20 Syawal 1430 H, Masjid Baiturrahmah kembali melaksanakan pembangunan yang merubah seluruh bentuk bangunan, baik lantai, dinding, atap, halaman, pagar dan sebagainya. Saat H. Nurul Mustofa menjabat sebagai Ketua Takmir, dapat dikatakan pembangunan masjid dilakukan termasuk secara total, dan memperoleh hasil, dengan kondisi bangunan hingga sampai pada tahun 2021 saat ini.
Ketua Takmir Masjid Keenam :
Belum selesai hingga tahap finishing dan tambahan ornamen bangunan pada Masjid Besar Baiturrahmah, H. Nurul Mustofa selaku Ketua Takmir lekas mengundurkan diri, karena kecepatan laju tongkat estafet kepemimpinan Ketua Takmir Masjid seperti tidak bisa dibendung, membuat H. Nurul Musthofa memutuskan, harus segera menciptakan generasi yang lebih muda dengan tetap konsisten pada dasar pemikiran para ulama dan tokoh agama pendahulunya.
Akhirnya sampailah pada generasi keenam, pergantian Ketua Takmir Masjid Besar Baiturrahmah Dusun Mantren sesuai dengan dorongan masyarakat setempat, H. Husnan resmi menjabat sebagai Ketua Takmir menggantikan H. Nurul Mustofa yang mengundurkan diri.
Dimasa kepemimpinan H. Husnan sebagai Ketua Takmir Masjid, berbagai finishing bangunan dengan cepat diselesaikan, dan menampilkan hasil karya bangunan hingga sampai tahun 2021, yang sekarang terlihat. Selain itu, H. Husnan juga pernah mengundang Kepala Daerah atau Bupati Banyuwangi H. Abdullah Azwar Anas, untuk menandatangani prasasti sebagai simbol peresmian pembangunan Masjid Besar Baiturrahmah Dusun Mantren Desa Kabat pada 5 April 2019 / 29 Rojab 1440 H.
Sumber Sejarah : Sesepuh, Pemuka Agama dan tokoh pelaku sejarah Dusun Mantren.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H