Mohon tunggu...
Solihin Agyl
Solihin Agyl Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Peneliti Bahasa

Seorang Wordsmith, Reader, Interpreter, Teacher/Trainer, Explorer, dan Researcher di L-Pro Jember, Pembicara Seminar, dan Workshop Nasional-Internasional. Sering diminta melatih Academic Writing, Public Speaking, English Camp, TOEFL/IELTS Instructor, Teaching-Learning, dan PTK. HP. 081-336-4045-18 email : solihinagylemailpenting@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Rasulullah SAW

18 September 2024   07:21 Diperbarui: 18 September 2024   07:31 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Tidak gembirakah Engkau dengan berita baik ini, Ya Rasulullah?!" Tanya Jibril.

"Kabarkan padaku, bagaimana nasib umatku sepeninggalku kelak, wahai Jibril?!" Rasulullah malah kembali bertanya.

Jibril menjawab lagi, "Jangan khawatir, Ya Rasulullah. Allah SWT telah menjamin bahwa pintu-pintu surga tidak akan pernah terbuka untuk siapa pun sebelum seluruh umatmu telah berada di dalamnya."

Jawaban itu melegakan Rasulullah SAW. Ia tampak sudah siap menghadap Ilahi. Fatimah---ditemani Ali RA, suaminya---yang sejak tadi berada di samping Rasulullah SAW hanya bisa menunduk dan tak kuasa menahan kesedihan yang mendalam.

Detik-detik akhir semakin mendekat. Izrail pun bersiap menunaikan tugas beratnya; bersentuhan langsung dengan ruh manusia suci, kekasih Allah SWT. Dengan penuh penghormatan, perlahan Izrail menarik ruh Rasulullah SAW. Tubuh manusia mulia dan penghulu dunia itu bersimbah peluh. Urat-urat lehernya terlihat menegang.

"Jibril," Di tengah sakaratul maut Rasulullah SAW sempat memanggil nama malaikat yang selalu mendampinginya itu, "Betapa pedih dan sakitnya proses kematian ini" lanjutnya mengeluh. Ia sedikit mengaduh. Fatimah dan suaminya menunduk semakin dalam, terhempas jiwa mereka karena kesedihan yang teramat mencekam.

Jibril tak menjawab. Ia hanya memalingkan muka. "Jijik-kah Engkau melihat keadaanku ini, wahai Jibril?" Tanya Rasulullah lagi. "Mengapa Engkau memalingkan mukamu? Dan ia bertanya lagi.

"Siapakah yang sanggup melihat dirimu dalam keadaan seperti ini, Ya Rasulullah?! Kekasih Allah SWT sedang direnggut ajal. Sungguh aku tak sanggup!!!."

Rasulullah SAW semakin mengaduh, serasa tak sanggup lagi dengan rasa sakit itu. Dalam proses sakaratul maut, Ia hanya bisa mengadu pada Sang Pemilik Kehidupan: "Ya, Allah...betapa dahsyat rasa sakit dan pedihnya kematian ini. Timpakan saja semua siksa sakit maut ini padaku. Jangan biarkan umatku merasakan siksa kepedihan maut ini, Ya Allah."

SOLIHIN AGYL 

+++

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun