Mohon tunggu...
Solihin Agyl
Solihin Agyl Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan peneliti bahasa

Menulis karena ingin belajar. Menulis adalah mendesain pola berpikir, menyulam logika & merangkai kata. "Ikatlah ilmu dgn cara menulis" (Ali R.A.)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Inilah Mengapa Ayat Kursi Ada

20 Juli 2024   07:32 Diperbarui: 20 Juli 2024   07:39 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Itu adalah cara sederhana untuk mendapatkan Syafaat Rasulullah SAW. Cara yang lebih menantang dan berat, tentu saja, adalah: Meneladani semua amalan baik yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW secara istiqomah.    

 

 Allah SWT Maha Mengetahui apa yang ada dan terjadi di bumi. Ia pun Maha Mengetahui apa yang ada dan (yang akan) terjadi di akhirat. Dua kata "Aidiihim"  dan "Kholfahum" itu bisa memiliki makna tersirat bahwa Allah SWT mengetahui apa yang berada di depan dan juga apa yang berada di belakang. Dua kata itu juga bisa berarti bahwa Allah SWT mengetahui apa yang akan terjadi pada seluruh makhluknya di masa yang akan datang, juga mengetahui semua latar belakang sejarah yang dialami oleh seluruh makhluknya.

Kalimat itu pun bisa juga berarti bahwa Allah SWT mengetahui apa yang tersimpan dan apa yang dipertunjukkan, apa yang dirahasiakan dan apa yang terbuka, apa yang terlihat dan apa yang tersembunyi.

 

Dan, mereka (manusia) tak akan pernah mengetahui sedikitpun ilmu Allah SWT kecuali Allah SWT sendiri yang menghendakinya. Kalimat ini amat menegaskan bahwa manusia takkan pernah memiliki kemampuan sedikitpun untuk mengetahui apa pun yang berkaitan dengan ilmu Allah SWT kecuali atas ijin dan kehendak Allah SWT sendiri.

Ini adalah kalimat berita yang tegas bahwa manusia pada hakikatnya tak memiliki kemampuan sedikitpun untuk mendapatkan pengetahuan apapun kecuali atas ijin dan kehendak-Nya. Karena semua pengetahuan adalah milik Allah SWT.

Seperti yang sudah jamak diketahui bahwa semua pengetahuan manusia awalnya (pasti) didapat dari sebuah upaya penggalian (studi)---kegiatan ini kemudian dikenal dengan penelitian atau riset. Allah SWT menyediakan seluruh alam ini---untuk dipelajari oleh manusia---sudah lengkap dengan sistemnya, yang sudah berjalan. Dengan demikian, ada fenomena-fenomena. Ada pola-pola. Ada pakem-pakem, dan ada prosedur-prosedur yang dipahami oleh manusia melalui kajian/penelitiannya itu.

Dari mana manusia bisa mempelajari segala sesuatu bila yang mereka pelajari sama sekali tak memiliki sistem, tak memiliki pola-pola, tak memiliki prosedur-prosedur yang bisa dilacak? Lebih jauh lagi: bagaimana manusia bisa mempelajari semuanya itu melalui penggalian dalam penelitian bila bahkan ia tak memiliki keinginan untuk melakukan penggalian/penelitian itu? Laa Khaula Walaa Quwwata Illa Billah. Tak ada sedikit pun kekuatan, daya dan upaya kita yang bisa kita andalkan kecuali atas ijin Allah SWT.

 

Adalah "kursi"-Nya (kekuasaan Allah SWT) meliputi langit dan bumi. Sebenarnya, apa yang tersurat dalam kalimat di atas hanya mengungkap apa yang mampu ditangkap oleh akal dan indera manusia saja. Maka, kekuasaan Allah SWT di situ hanya disebutkan meliputi langit dan bumi saja. Padahal, kekuasaan Allah SWT sebenarnya lebih jauh dari itu. Kekuasaan Allah SWT justru sampai menembus alam akhirat. Alam yang belum terjangkau oleh akal dan indera manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun