Mohon tunggu...
Sofyan Utiarahman
Sofyan Utiarahman Mohon Tunggu... Guru - Master Trainer MGPBE, Fasilitator, Narasumber Kependidikan, Motivator, Instruktur Nasional, Penulis Pemula

Sofyan Utiarahman. Pecinta aksara. Peselancar Media. Menulis dan belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Opan Semesta: Bidadari Berkerudung Salju

19 Januari 2025   15:35 Diperbarui: 19 Januari 2025   15:35 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi Tujuh Bidadari (Sumber: Pixabay.com)

Bidadari Berkerudung Salju 

Oleh Opan Semesta

Cerita ini menyajikan kisah tujuh orang guru penggerak. Semuanya perempuan. Mereka mengikuti program guru penggerak. Penulis selaku pengajar praktik.

Tujuh bidadari bertugas mulia. Mendidik dan menuntun anak bangsa.  Semangatnya senantiasa menyala.  Tak pernah padam, meski tertiup badai tantangan.

Semuanya cantik nan jelita. Kecantikan mereka mampu menawan dan memenjarakan hatiku,  dalam terali besi kasmaran. Kecerdasan mereka, apalagi. Membuat aku terkesima, ketika berdiskusi.

Tujuh bidadari berkerudung salju. Perempuan pilihan yang tangguh. Tak pernah mengeluh. Cekatan bekerja meskipun bercucuran peluh. Mengalir pada alur wajah halus.

 Santy Yusuf, guru belia di SMPN 1 Tilamuta. Berwajah bulat oval. Kalau tertawa, gigi putihnya laksana pagar bercat putih berjejer beraturan. Senyum khasnya membentuk lesung pipit sedalam satu centimeter. Garis keningnya laksana semut hitam berjejer berbaris rapi. Berbicara seperlunya, tak banyak kata. Semangatnya tinggi, tak kendur oleh aral menghadang.

Yuliana Podungge, sosok guru senior di antara bidadari itu. Orangnya tegas. Tidak neko-neko. Hehe. Ia sering curhat kepadaku, bukan tentang asmara, tetapi tentang perjalanan kariernya, tentang percaya dirinya, dan tentang kekhawatirannya yang lebih besar. Kulitnya putih, kalau tersenyum tampak merah padam membara di raut wajahnya. Ia adalah guru di SMPN 1 Tilamuta.

Sri Mei Yulanda Assagaf. Orang sering memanggilnya Yola. Tetapi aku lebih suka memanggilnya Mei. Mungkin karena ia lahir di bulan Mei ya? Dan aku pernah kecantol hati dengan gadisku yang lahir di Bulan Mei. He,,he. Guru berjilbab dan berwajah bulat. Kalau muncul di hadapanku, seperti purnama empat belas. Sama seperti Ibu Santi, Mei pun kalau tersenyum tampak lesung pipitnya. Namun dalamnya berbeda setengah sentimeter dengan lesung pipit Ibu Santi. Ibu Mei adalah guru di SMK Negeri 1 Boalemo.

Desak Putu Sriwanti. Bidadari tak berkerudung. Guru setengah gemuk itu berdarah Bali.  Selalu tersenyum, bahkan tertawa ketika berbicara. Meskipun masalahnya sangat banyak, senyumannya selalu mengalahkan guratan wajah temaram. Rambutnya lurus hampir mengenai pundak. Wajahnya oval kecil. Ideal dengan bentuk tubuhnya. Guru di SMA Negeri 2 Paguyaman itu beragama Hindu. Tinggal di desa Bongo Empat.

Hastuti Tahir, guru yang serius namun santai. Seriusnya diimbangi dengan santainya. Sehingga wajahnya selalu tampak belia. Meskipun umurnya sudah empat puluhan, tetapi tampak seperti lulusan SMA. Kulitnya putih, namun tidak seputih kertas. He..he.. seputih kulit dambaan sang pria. Hastuti terkenal dengan sikapnya yang tidak mau kalah bersaing. Dengan siapapun, bahkan dengan saya. Hmm.. sikap optimis positif yang perlu dimiliki oleh banyak orang. Guru dengan sapaan Ibu Tuti itu bertugas di SD Negeri 22 Paguyaman, sebagai kepala sekolah.

Etris R. Rahim, guru bertubuh ideal. Kalau bicara dengan saya serius. Mungkin juga dengan suaminya, ya? Hm,.. materi bicaranya selalu dikaitkan dengan nilai agama. Bisa membuat lawan bicaranya terkesima. Percaya dirinya sangat kuat. Selalu optimis dalam hidup. Selalu bersemangat terhadap sesuatu pekerjaan. Mungkin sikap itu terbentuk sejak dini, Ketika ayahnya meninggalkan dunia sejak Etris masih di bangku SD. Praktis, ia menggantikan "posisi" ayahnya sebagai kakak yang memimpin adik-adiknya. Ibu Etris adalah guru di SMP Negeri 1 Tilamuta.

Indra Tuna, guru berkacamata dengan diameter tujuh senti. Kacamata yang dikenakannya sangat kontras dengan wajahnya yang bulat. Kulit wajahnya bagaikan bulan purnama. Sangat menyentuh hati. Panggilannya Indra, lebih tepat dipanggil Ibu Indra. Tetapi aku lebih suka menyebut Indra. Karena umurnya terpaut duapuluhan tahun dengan usiaku yang mulai senja. Indra kalau tersenyum membentuk lesung pipit yang dalam. Kurang lebih lima sentimeter. Mampu menampung  sepuluh tetes air yang bisa menawarkan dahaga, termasuk aku ketika melakukan pendampingan individu guru penggerak. Indra adalah guru di SD Negeri 21 Paguyaman.

Sekapur sirih profil bidadari telah aku tuliskan dalam bait-bait bersusun rapi. Memberikan kesan kepadaku penuh arti. Mengantarkan aku pada maqam penuh percaya diri. Mereka telah mendesain posisiku terangkat, dalam peranku ini. Peran sebagai Pengajar Praktik Program Guru Penggerak Angkatan 6 Kabupaten Boalemo.

Kurang lebih tujuh bulan aku mendampingi mereka. Berkomunikasi dengan santun dan santai. Saling memberikan manfaat dan pengalaman dalam tugas masing-masing. Peranku sebagai Pengajar Praktik dan mereka sebagai Calon Guru Penggerak.

Selama melaksanakan peran sebagai Pengajar Praktik, banyak kesan yang aku dapatkan. Tersimpan rapi dalam almari pikiran. Takkan lekang oleh panasnya mentari dan derasnya hujan.

Semangat mereka menyelesaikan program guru penggerak tak terabaikan. Meskipun dengan berbagai peran: sebagai guru, ibu rumah tangga, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua komunitas, ketua majlis taklim, ketua pengajian, guru bagi anak-anak di rumah dan semusim abadi pekerjaan. Namun ketujuh bidadari itu tanggap dan cekatan. Telaten. Mereka memiliki seribu sayap, bisa terbang melewati segala tantangan. Enjoy, hingga Negeri Kahyangan. Bersanding bahagia di singgasana bertahta, bersama Sang Pangeran masing-masing yang tak fana dipuja dan dimanja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun