Puisi karya Opan Semesta
Aku melihat wanita anggun bermahkota, wajahnya berseri laksana pualam menebar cahaya, kening hitam berjejer tebal, berbaris tertata, lentik mata bermain indah bagai gerakbola, senyum bisu membentuk lesung pipit pada wajah yang merah merona, tapi bila kaumarah, wajahmanismu berbeda, lama hilang sampai berbilang masa, terpendam bersemayam  lama di dalam dada.
Aku melihat Wanita Bermahkota bersih tak berdebu, sejuta helai rambut ikal tebal jatuh di bahu, kau rubah warna rambut yang indah itu, membuat tatapmata lelaki takberkedip terpesona memburu, tapi bila kaumarah, rambut ikalmu bagaikan senapan berpeluru, menempel pada tubuh hingga diam beku.
Aku melihat Wanita Bermahkota rapi, berdiri tegar di antara kerumunan ramai, getaran pita suara lembutmerdu mendesah menembus sekatbumi, tapi bila kaumarah, suaramu bagaikan guntur menggelegar tak henti, membuat telinga ini jadi tuli,
Aku melihat Wanita bermahkota berhias batu giok, yang tercipta dari tulang rusuk bengkok, disematkan sbagai penanda pada lemahdirimu yang elok, membuat hati lelaki menjadi bengkokberkelok, tapi bila kaumarah, tulang rusuk itu tak lagi bengkok, hingga diri ini terlempar membentur dinding-dinding pada kokohtembok.
Aku melihat Wanita bermahkota berdiri setengah dada, jadilah seperti Khadijah yang mulia, Sang Isteri Baginda, kaya raya jiwa dan harta meliputi sepertiga dunia, abdicintanya kepada agama, alhirnya kembali dengan tangan hampa, namun bahagia abadi di Taman Surga, bersanding bersama Sang Baginda, di tepi abadi telaga yang disediakan Sang Maha.
#Gorontalo, 150223
#Mengukir wanita di kamar kos
# Opan Semesta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H