Saat embun belum beranjak dari rerumputan di taman sekolah
ku melangkah tegap tak lelah
memandang takjub bangunan megah
menyusuri pepohonan kering setengah
rantingnya berjatuhan patah,
Ku duduk menatap wajahmu tersenyum
berbicara kepada kami yang belia duduk mengulum
ya, aku dan teman-temanku juga menyambutmu tersenyum
yang menyajikan aksara lisan bagaikan petuah hukum,
Kala itu,
tiga puluh empat tahun berlalu
di bangku sekolah tempat kami mengadu
Sekolah Pendidikan Guru
kini menjadi saksi bisu
tempat kita pernah bertemu,
Deru motor RX-King kami kenal
setiap pagi sebelum bel sekolah menggema
memecah sunyi berbaur di udara
bersama sesosok wanita yang kau cinta
namanya masih melekat, Ibu Fatma
pendamping hidupmu yang setia,
Aku masih ingat kala itu
saat bekerja di ruang guru
memasang gambar di dinding dengan paku
pada tempat yang tinggi ku menyusun buku
agar gambar benar-benar berpadu,
Saat tragedi kertas putih di jalan raya
menodai kunjungan pejabat negara
yang kata mereka karena ulah saya
kaupun turut bersuara
membela saya yang masih belia,
Hai, Sang guru
Engkau masih menyerta saat kamipun menjadi guru
hasil didikanmu dulu
menyapa tulus seperti sapaan dahulu,
Masa Kau purna tugas
bergeliat abdi di Baznas
memahat rapi jalan bercadas
terbuka dari sgala sikapretas
abdi-Mu tiada batas,
Kamis di bulan Mei tanggal dua belas
tahun ke duapuluh dua setelah dua ribu
aku mendengar suara rindu
merdu tak menyanyikan lagu
tentang Kau
pergi bersama pelukan bisu
kopiah karanji yang masih utuh,
Kami berhatur doa
kepadanya Yang Kuasa
saksi kebaikanmu perkasa
tladan kami tiada tara
abadi spanjang masa
nantikan kami di pintu syurga
Persada gerimis
Medio, 140522.03.16
Hamka Husain. Sang Guru terdidik, Â yang mendidik kami menjadi pendidik di SPG Negeri 2 Limboto
Mengenang Bapak Alm.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H