"Terimalah dengan lapang dada sesuatu yang terjadi pada diri Anda. Karena Allah sedang menguji, agar Anda naik derajat."Â
Pembaca yang budiman!Â
Hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan. Kita sendiri telah mengalami ujian dan cobaan tersebut, dengan frekwensi yang berbeda-beda. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita menyikapi ujian tersebut? Jawabannya adalah ihlas dan sabar. Kata yang tidak mudah kita lakukan. Bahkan, kita kadang-kadang lupa bahwa yang kita alami adalah ujian atau cobaan, sehingga kita menggerutu bahkan menyalahkan. Ulangi, karena kita lupa, dan menyalahkan. Maka berhentilah menggerutu dan menyalahkan. Karena apa yang terjadi pada diri kita akibat dari perbuatan kita sendiri.
Saya akan menuliskan kisah nyata yang dialami teman saya. Teman saya bercerita, pulang kantor menuju tempat tinggalnya, mobilnya menabrak pangkal pohon kelapa yang telah ditebang. Mobilnya rusak berat pada sisi kanan bagian depan. Â Pangkal pohon tersebut tidak terlihat olehnya. Padahal, sudah empat bulan ia sering lalu lalang di jalan tersebut. Ulangi, sudah empat bulan ia sering lalu lalang di jalan tersebut. Tetapi, mengapa malam itu baru terjadi?Â
"Kok bisa?" tanya saya.Â
"Ya, kosentrasi saya turun."
" Lalu?"
 "Saya langsung mengucapkan doa yang diajarkan Rasulullah saw: Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlif li khairan minha. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya. Setelah itu, saya melanjutkan aktivitas saya.
Hm, emosi yang sudah teruji, dan membutuhkan latihan berulang untuk mencapai maqom emosi tersebut, saya membatin.
Sejalan dengan itu saya ingin menyampaikan firman Allah swt:
 "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," (Q.S. al-Baqarah:155).