Balasku lewat pesan wa. Sebenarnya pengen cerita banyak tentang temuan lain dari tanda tangan anaknya, tapi buat apa juga kalau ternyata mereka gak datang.
Buatku, menceritakan masalah yang dialami seseorang belum tentu baik selama gak ada solusi. Lebih baik orang itu dibiarkan gak sadar dengan masalahnya.
Eh bener gak sih pikiranku ini?
Sudahlah, aku lebih baik baca buku lagi sambil menikmati perjalanan yang tinggal beberapa jam lagi.
Tapi sebenarnya gak konsen juga sih, masih inget dengan tanda tangan anaknya. Ah, sudahlah.
Perjalanan ke Yogya buat ngisi seminar analisa tanda tangan, terutama membahas tanda tangan anak. Banyak orang tua merasa benar sudah mendidik anak, padahal anak punya nilai sendiri terhadap apa yang mereka terima.
Kasus yang aku temuin, anak cewek mudah diperdaya sama anak cowok. Tahu-tahu sudah berhubungan suami istri. Aku tahu ya dari tanda tangan.
Ortunya mana tahu hal begitu. Bahkan diajak belajar analisa tanda tangan pun banyak yang gak mau. Mungkin tidak tahu itu baik kali ya? Jadi gak ada beban.
Tapi gak semua sih, ada juga yang memutuskan ikut, buktinya sudah ada 14 orang yang mau ikut seminar besok.
Mudah-mudahan materi besok bisa membuka mata para orang tua bagaimana cara mencintai anaknya versi si anak. Bukan versi orang tua.
Kebanyakan yang aku temui dari tanda tangannya, cowok playboy dan cewek cabe-cabean diproduksi dari rumah, buah didikan ortunya. Orang tua tahunya mereka anak baik. Lagian, mana ada anak yang secara jujur terbuka masalah gituan?