Mohon tunggu...
Sofyan
Sofyan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Jambi

Saya memiliki spesifikasi keilmuan sebagai desain pembelajaran dan desain pengembangan media pembelajaran. Hobi fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Yang Nyaris Terlupakan: Siswa Rentan Putus Sekolah

21 Oktober 2022   11:16 Diperbarui: 21 Oktober 2022   11:19 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari data 112 SMA sasaran yang masuk di Tim Fasilitator SRPS Dit. SMA terdapat 91 (81,25%) Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan 102 (91,07%) Kertas Kerja (KK) yang masuk. Data siswa rentan putus sekolah yang diidentifikasi oleh Tim Satgas Sekolah melalui Kertas Kerja sampai dengan tanggal 22 Juli 2002 terdapat 951 orang.

Berdasarkan identifikasi Tim Satgas sekolah, faktor penyebab SRPS adalah Faktor ekonomi rendah (siswa bekerja), ekonomi mapan (siswa merasa tidak perlu bersekolah): 1) Motivasi belajar siswa yang rendah; 2) Pernikahan dini/hamil di luar nikah; 3) Siswa yatim piatu tinggal sendirian; 4) Faktor geografis (jarak rumah ke sekolah); 5) Orangtua bercerai/meninggal diasuh oleh kakek/nenek sehingga tidak ada pengontrolan atas perilaku siswa; 6) Faktor kenakalan siswa/tindak kejahatan; 7) Siswa ngekos atau tinggal sendiri sehingga jauh dari pantauan orangtua; 8) Bullying (Siswa terlibat pornografi, siswa diminta mengirimkan gambar yang tidak senonoh lalu disebar luaskan ataupun kasus lainnya) sehingga berdampak kepada kesehatan jiwa dan kenyamanan siswa;  dan 9) Lingkungan rumah kurang kondusif.

Kendala dan permasalahan yang dihadapi sekolah adalah: 1) Komunikasi dengan orangtua untuk melakukan home visit sulit karena jarak rumah jauh yang dikunjungi jauh dengan sekolah; 2) Lambatnya respon orang tua terhadap panggilan sekolah; 3) Orangtua kurang kooperatif dalam permasalahan anaknya; 4) Anggaran dana yang kurang mencukupi dalam mengakomodir gerakan pencegahan siswa rentan putus sekolah, dan 5) Sulit mendeteksi siswa RPS karena kurang pengawasan guru dan orang tua.

Atas permasalahan dan kendala yang ditemukan oleh Tim Satgas SRPS di atas, SMA di Jambi mengambil Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut: 1) Sosialisasi Gerakan SRPS bagi masyarakat sekolah termasuk komite; 2) Meningkatkan kompetensi guru; 3) Melakukan pembiayaan subsidi silang untuk pembebasan biaya iuran di sekolah; 4) Pendampingan dan pendekatan secara personal dengan orangtua dan siswa;  5) Memberikan poin reward untuk siswa berprestasi; 6) Membuat bank data siswa untuk memudahkan mengidentifikasi dan tindak lanjut dalam penanganan siswa; 7) Memberikan fasilitas kos dekat sekolah, ataupun anak bisa tinggal dilingkungan sekolah dengan menjadi marbot sekolah; 8) Infaq untuk membantu permasalahan ekonomi pada siswa rentan putus sekolah; 9) Beasiswa dari komite dan bekerjasama dengan baznas, alumni, maupun lembaga lainnya;  10) Kunjungan rumah (home visit); 11) Siswa diizinkan pindah sekolah karena tindakan yang dilakukan siswa diluar toleransi dari aturan sekolah atau untuk melanjutkan ke PKBM (Paket C); dan 12) Guru menjadi orangtua angkat siswa rentan dan ekonomi rendah;  13) melakukan parenting bersama wali murid tentang pentingnya pendidikan, dampak pernikahan dini dan pergaulan bebas, dan 14) Mencarikan wali murid/orang tua asuh untuk siswa broken home.

Masukan dan saran yang disampaikan oleh para kepala sekolah dan Tim satgas SPS sekolah atas pelaksanaan Gerakan SRPS agar Tidak Putus sekolah, adalah: 1) Adanya kerjasama antara sekolah dan pemda untuk pemberian bantuan ke siswa untuk pencegahan siswa rentan putus sekolah; 2) Memprogramkan Pencegahan Anak Putus Sekolah di semua jenjang; 3) Memberikan DAK Fisik berupa pembangunan asrama untuk mengakomodir siswa yang jauh dan termasuk kedalam wilayah transmigran; 4) Berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memberikan bantuan beasiswa melalui bantuan Gubernur untuk siswa kurang mampu; 5) Siswa rentan putus sekolah yang kesulitan ekonomi dapat difasilitasi Direktorat untuk mendapatkan PIP; 6) Diharapkan program ini menjadi langkah awal untuk mencapai bantuan kongkrit untuk mereka yang terjaring di ARPS, bukan kemudian menggantungkan kembali solusi pendanaan kegiatan kepada anggaran BOS, dan 7) Membuat twitbon tentang Pencegahan Anak Putus Sekolah di media sosial sebagai media kampanye pentingnya pendidikan untuk masa depan (mencegah siswa putus sekolah).

SIMPULAN 

Dari Gerakan yang sudah dilaksanakan selama lebih kurang empat bulan ini, dapat disimpulkan: 1) Sebagian SMA yang hadir didalam zoom meeting sudah mengirimkan kertas kerja dan rencana tindak lanjut sebagai bentuk komitmen dalam pelaksanaan pencegahan siswa rentan putus sekolah; 2) Sekolah sudah memahami Gerakan SRPS sebagai program prioritas yang harus dilakukan; 3) Komitmen yang diperlihatkan sekolah sudah baik dan gerakan ini sudah berjalan di masing-masing sekolah; 4) Sekolah sudah membentuk tim satuan tugas dalam upaya pencegahan siswa rentan putus sekolah; dan 5) Sekolah membutuhkan dukungan dari orangtua dan masyarakat terkait pelaksanaan pencegahan siswa rentan putus sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun