Mohon tunggu...
Sofwil Himam
Sofwil Himam Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Pemikiran Ekonomi Islam dalam Mazhab "Mainstream "

27 Februari 2018   20:18 Diperbarui: 27 Februari 2018   20:22 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • SEJARAH MAZHAB MAINSTREAM

Madzhab Mainstream berbeda pendapat dengan madzhab Bagir. Madzhab ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. 

Misalnya, bahwa total permintaan dan penawaran beras di seluruh dunia berada pada titik equilibrium. Namun, jika kita berbicara pada tempat dan waktu tertentu, maka mungkin terjadi kelangkaan sumber daya. Bahkan ini yang sering terjadi. Suplai beras di Ethiopia dan Bangladesh, misalnya, tentu lebih langka dibandingkan di Thailand. 

Jadi, keterbatasan sumber daya memang ada, dan diakui pula oleh Islam. Dalil yang dipakai adalah QS. al-Baqarah (2) ayat 155: "Dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar." Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah. 

Dengan merujuk kepada Firman Allah swt surat al-Takatsur (102) ayat 1-5 "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)."Dengan demikian, pandangan madzhab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional. Kelangkaan sumber dayalah yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi.

Bila demikian, di manakah letak perbedaan madzhab Mainstream ini dengan ekonomi konvensional? Perbedaannya terletak dalam cara menyelesaikan masalah tersebut. Dilema sumber daya yang terbatas versus keinginan yang tak terbatas memaksa manusia untuk melakukan pilihan-pilihan atas keinginannya. Kemudian manusia membuat skala prioritas pemenuhan keinginan, dari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting. Dalam ekonomi konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi masing-masing. Manusia boleh mempertimbangkan tuntutan agama, boleh juga mengabaikannya. Hal demikian dalam bahasa al-Qur'an disebut: "pilihan dilakukan dengan mempertaruhkan hawa nafsunya".

  • PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM DARI MAZHAB MAINSTREAM

Madzhab mainstrem inilah yang paling banyak memberikan warna dalam wacana ilmu ekonomi Islam sekarang di karenakan kebayakan tokohnya berasal dari Islamic Development Bank (IBD)yang memiliki fasilitas dana dan jaringan kerja sama dengan berbagai lembaga internasional.

Madzhab mainstrem ini berbeda pendapat dengan Madzhab Baqir As-Sadr. Dimana madzhab mainstrem membahas tentang masalah ekonomi yang terletak pada kelangkaan sumber daya ekonomi dibandingkan dengan kebutuhan manusia. Menurut mazhab mainstrem, memang tidak terjadi kesenjangan antara jumlah sumber daya ekonomi dengan kebutuhan manusia yang artinya ada keseimbangan (ekuilibrium). 

Namun, secara relatif akan ada kesenjangan pada satu waktu dan pada tempat suatu tempat tertentu tetap akan dijumpai tentang persoalam kelangkaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi tetap dihadapi oleh manusia di dunia ini. Dimana hal ini juga selaras dengan firman Allah SWT yaitu "Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar".

Sementara pada sisi yang lain keinginan manusia secara reatif juga tidak terbatas artinya kalau sudah terpenuhi satu keinginan maka akan timbul keinginan lainnya demikian juga seterusnya. Dengan demikian, hingga pada saat ini tidak ada perbedaan antara ekonomi konvensional dan ekonomi islam. Perbedaan dari keduanya terletak pada mekanisme dalam menyelesaikan masalah ekonomi. 

Menurut padanga mazhab mainstrem dalam penyelesaian masalah ekonomi tersebut harus merajuk pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sedangkan dalam pandangan kapitalisme klasik dalam menyelesaikan masalah ekonomi melalui bekerjanya mekanisme pasar dan sosialisme klasik melalui sistem perencanaan yang sentralistis.

Mengingat bahwa sebagian besar tokoh mazhab mainstrem ini adalah alumni dari berbagai perguruan tinggi yang ternama di Amerika dan Eropa, maka konstribusi yang signifikan dari para tokoh mazhab mainstrem ini adalah mampu menjelaskan fenomena ekonomi dalam bentuk model-model ekonomi yang canggih dengan pendekatan ekonometri. Mereka sukses menjelaskan ekonomi islam dengan wajah "ilmu ekonomi" sehngga mudah untuk dipelajari dan dicerna bagi mereka yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi.

3. Tokoh-tokoh dari mazhab mainstrem ini, antara lain adalah :

1. M. Umer Chapra

M. Umer Chapra lahir di Bombay India, 1 Februari 1933, umur 84 tahun. M. Umer Chapra ini adalah salah satu ekonom kontemporer muslim yang paling terkenal pada zaman modern ini di timur dan barat dan merupakan ahli ekonomi yang memilili pengalaman mengajar dan meneliti bidang ekonomi. Tercatat ia pernah mengajar di Universitas of Wisconsin, Plattvile dan Kentucky, Lexington, USA. 

Selama karirnya ia juga pernah bergabung dengan lembaga pendidikan dan penelitian yang terkenal, seperti Institute of Development Economicdan Central Institute of Islamic Research,Pakistan. Juga bertindak sebagai Senior Economic Adviserdi Saudi Arabian Monetary Agency.Karya tulisnya yang berkaitan dengan ilmu ekonomi Islam, yaitu Toward a just Monetary Systemmengantarkannya meraih penghargaan, yaitu The Islamic Development Bank Awarddan The king Faisal Internasional Prize.

Umer Chapra mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka dengan maqasid, tanpa mengekang kebebasan individu, tanpa menciptakan ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang berkepanjangan, atau melemahkan solidaritas keluarga dan social serta jaringan moral masyarakat.

Diperlukan strategi untuk mengorganisasi sistem ekonomi dengan perangkat yang meliputi empat unsur yang diperlukan dan saling mendukung, yaitu sebagai berikut.

  1. Mekanisme penyaringan yang secara social disepakati.
  2. Sistem motivasi yang kuat untuk mendorong seseorang mengaktualisasikan kepentingan diriya dan masyarakat.
  3. Restrukturisasi seluruh sistem ekonomi dengan tujuan merealisasikan maqasid asy-syariah.
  4. Peran pemerintah yang positif dan berorientasi dengan tujuan yang disepakati.

2. M. Abdul Mannan

M. Abdul Mannan lahir di Bangladesh tahun 1918. M. Abdul Mannan adalah seseorang guru besar di Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank,Jeddah, termasuk salah satu pemikir ekonomi Islam kontenporer yang cukup menonjol. Hal ini dapat dilihat dari banyak karya tulis yang telah dihasilkan, salah satu karya tulisnya adalah Islamic Economics : Theory and Practiveyang terbit pada tahun 1970 dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Menurut Mannan dalam mengembangkan ilmu ekonomi Islam, langkah pertamanya adalah menentukan basic economic functionsyang secara sederhana meliputi tiga fungsi, yaitu (1) konsumsi, (2) produksi, dan (3) distribusi. Lima prinsip dasar yang berakar pada syariat islam untuk fungsi ekonomi dasar berupa fungsi ekonomi, yakni prinsip (1) kebenaran (righteousness), (2) kebersihan (cleanliness), (3) moderasi (moderation), (4) kemurahan hati (beneficience), (5) moral (morality).

Pada setiap aktivitas ekonomi aspek konsumsi selalu berkaitan dengan aspek produksi. Mannan menyatakan bahwa sistem produksi dalam suatu negara (Islam) harus berpijak pada kriteria objektif dan subjektif. Dan aspek lain selain konsumsi dan produksi yang tidak kalah pentingnya adalah aspek distribusi pendapatan dan kekayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Haneef Aslam Mohamed, Diterjemahkan oleh: Rosyidi Suherman. 2010. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

Rivai, Veithzal & Buchari, Andi. 2013. Islamic Economics Ekonomi Syariah Bukan OPSI, Tetapi SOLUSI!. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wibowo, Sukarno. 2013. Ekonomi Makro Islam.Bandung: Pustaka Setia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun