Mohon tunggu...
Lathifatul Izzah
Lathifatul Izzah Mohon Tunggu... Dosen - Pelajar

Interested in Education; Multiculturalism; Anthropology; Philosophy; Religious Studies; Science and Technology; Literature; Business

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Irama Pemimpin Negeri Surga

7 Juni 2014   14:13 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:51 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Irama yang nyaring dan merdu, berdendang hampir lima tahun sekali

Suaranya meliuk, mengalun bak irama musik surga

Nada iramanya seakan tak terlukiskan oleh panca indera, tak terrasakan oleh mata hati, dan tak terbayangkan oleh akal budi

Membius telinga-telinga kosong tanpa dosa

Di balik tembok yang kokoh dan bangunan yang menjulang

Jerit, rintih, tangis rakyat memekik.

Hingga hendak memecah gendang telinga

Tidak sedikit si miskin kehilangan akal sehat bahkan terkapar tak bernyawa

Tersebab menahan beban hidup yang semakin membumbung

Si kaya semakin menggila menumpuk kekayaan, lalu menari, berpesta dan berdansa

Para pengusa tidak lagi ingat dari mana tahta berhias emas didapat

O negeri surga, sungguh indah menyayat gambaran setiap jengkal tanahmu

Negeri subur makmur, "tongkat kayu dan batu jadi tanaman", lirik Koes Plus

Negeri nan elok mempesona, memukau setiap mata yang memandang

Kini anak-anak negeri belum dapat merasakan hasil bumi negerinya sendiri

Lalu ke mana, ke mana alunan musik para elit, pemimpin anak bangsa yang didendangkan lima tahun sekali itu? Ah, entah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun