Mohon tunggu...
Sofi Yatun
Sofi Yatun Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terciptanya Kehidupan Sosial yang Maksimal dengan Adanya Produksi Ekonomi

25 Februari 2018   22:09 Diperbarui: 25 Februari 2018   22:54 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak manusia lahir kedunia ini, produksi juga sudah menyertainya. Produksi sangan berpengaruh atau berprinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradapan manusia di bumi. Menurut Adiwarman Karim, sesungguhnya produksi yang lahir dan tumbuh dari menyatukan manusia dengan alam. dalam bahasa arab, arti produksi ialah  al-intaj dari asal kata nataja, yang berarti mewujutkan atau mengadakan sesuatu atau pelayanan jasa yang jelas menuntut adanya bantuan penggabungan antara unsur-unsur produksi dan terbingkai dalam waktu yang terbatas.

Produksi adalah menciptakan manfaat atau sesuatu benda. Secara terminologi produksi ialah sesuatu yang menciptakan dan menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah jika memberikan manfaat baru yang lebih dari yang dahulunya. Sedangkan produksi secara umum ialah penciptaan guna(utility) yang berarti kemampuan suatu barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi tertentu.

Kegiatan produksi ini merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksi ini adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa yang kemudian di konsumsi oleh kosumen. Tanpa produksi kegiatan ekonomi akan berhenti. Dan begitupula sebaliknya untuk menghasilkan barang dan jasa produksi membutuhkan banyak faktor produksi, fungsi produksi sendiri menggambarkan hubungan antara jumlah input dengan output  yang dapat di hasilkan dalam suatu waktu tertengu. Dengan kata lain produksi,distribusi dan konsumsi merupakan serangkayan kegiatan yang saling berhubungsn yang tidak bisa di pisahkan, ketiga serangkayan tersebut saling memengaruhi, namun produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan ekonomi. Tidak ada distibusi tanpa adanya produksi, sedangkan kegiatan produksi merupakan respon terhadap kegiatan konsumsi atau sebaliknya.

Dalam kegiatan ekonomi, produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumsi dapat di lakukan oleh manusia, kegiatan produksi dan konsumsi dapat di lakukan oleh manusia kemudian orang mengkonsumsinya. 

Akan tetapi seiring berjalanya waktu dan beragamnya kebutuhan konsumsi manusia serta keterbatasan sumber daya yang ada (kemampuannya), maka seseorang tidak dapat lagi menciptakan sendiri barang dan jasa yang di butuhkannya, akan tetapi membutuhkan orang lain untuk menghasilkannya. Oleh karena itu kegiatan produksi dan konsumsi dilakukan oleh pihak pihak yang berbeda, dan untuk meningkatkan produktivitas lahirnya istilah spesialisasi produksi, diversiasi produksi, dan penggunaan teknolohi produksi.

Dalam ekonomi islam, produksi juga merupakan bagian terpenting dari aktivitas ekonomi bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu dari rukun ekonomi di samping konsumsi, distribusi, infak, zakat,  nafkah, dan sedekah. Hal ini dikarenan produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian manfaatnya di rasakan oleh konsumen. Produksi dalam perspektif islam tidak hanya berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang sebanya-banyaknya. Meskipun mencari keuntungan tidak di larang dalam ekonomi islam, tujuan utama produksi adalah untuk kemaslahatan individu dan masyarakat secaera berimbang. Islam sesungguhnya menerima motif berproduksi sebagaimana motif dalam sistem ekonomi konversional,hanya saja lebih jauh islam juga menambahkan nili-nilai moral di samping utilitas atau kegiatan ekonomi, bagi islam memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikomunikasi sendiri atau di jual di pasar. Tetapi lebih jauh menekankan bahwa setiap kegiadan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial. di jelaskan dalam al-qur'an surat al hadid ayat 7 allah berfirman yang artinya :

" berimanlah kamu kepada allah dan Rosul-nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang allah telah menjadikan kamu menguasainya maka orang-orang yang beriman di antara kami dan menafkainya(sebagin) dari hartanya memporelah pahala yang besar".

Dengan kata lain, di samping produksi dimaksutkan untuk mendapatkan utilitas, juga dalam  kondisi fisik materiel dan spirtual -- moralitas manusia sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana di gariskan dalam agama islam,yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat dalam ekonomi islam terdapat keyakinan adanya allah SWT. Sehingga peran dan kepemilikan dalam ekonomi di pegang oleh Allah. Konsep produksi di dalam ekonomi islam tidak semata-mata bermotif memaksimalkan keuntungsn dunia tetapi lebih penting untuk mencapai secara maksimal keuntungan akhirat. Dan untuk menjamin terwujutnya kemaslahatan individu dan masyarakat, sistem ekonomi islam menyediakan beberapa landasan teoritis seperti keadilan ekonomi(al-adalah al- iqtishadayah), jaminan sosial dan lain sebagainya.

Di dalam kegiatan ekonomi terutama di bidang produksi kita dapat menghasilkan barang dan jasa, dengan demikian secara tidak langsung dengan adanya kegiatan ekonomi tersebut maka kita dapat membuka lapangan kerja sendiri dan selain itu kita juga mengurangi tingkat pengangguran yang semakin hari semakin melunjak keberadaannya di negara kita yang sekarang ini. Perlu kita ketahui bahwasannya setiap manusia mampu bekerja dan menajalani kegitan ekonomi dan akan mengahasilakan hasil dan jasa, akan tetapi kemalasan dan kurang berusaha diantara mereka serta kurangnya kesadaran diri dalam diri mereka sehingga membuat mereka hanya berpangku tangan akan kehidupannya dan dampaknya mereka tidak dapat menciptakan kegiatan ekonomi secara maksimal Hal tersebut sudah di jelaskan dalam hadist Al -- Miqdam RA dari Rasulullah yang artinya :

" Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan hasil kerja (produksi)nya sendiri dan sesungguhnya Nabi Dawud AS mengkonsumsi dari hasil kerjanta sendiri"(HR . al -- Bukhari)".

Dari Hadist tersebut di simpulkan bahwa kita sebagai makhluk sosial dalam menjalankan perekonomian dalam syariat islam di himbau untuk tidak hanya berpangku tangan melainkan kita harus berusaha dan tidak bergantung kepada orang lain selama kita masih mampu berusaha sendriri. Memang pada khakikatnya allah yang menentukan takdir kehidupan kita akan tetapi kita bisa merubahnya ketika kita kita mau berusaha dan tawakal kepada-Nya untuk merubah taktir tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Idri. 2007. Hadist Ekonomi dalam Perspektif Hadist Nabi. Jakarta: Kencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun