Mohon tunggu...
Cak_Sofay
Cak_Sofay Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya Manusia

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santri yang Malas untuk Kembali ke Pondok Pesantren

1 Mei 2023   14:57 Diperbarui: 1 Mei 2023   15:02 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama saya Imam Ozora. Sebagai santri, lumrah apabila saya memilih untuk stay di pondok pesantren dengan harapan saya mampu menyerap ilmu agama lebih cepat daripada saya sekolah di rumah. Saya rasa, ini adalah pilihan hidup untuk terus memacu proses dan berkembang. Namun disisi lain, saya terkadang rindu dengan suasana di desa, rindu pada ibu, ayah, dan teman-teman yng saya anggap seperti saudara sendiri. Hingga suatu ketika, liburan pondok pun tiba akhirnya saya pun pulang ke rumah. Tidak terasa ternyata saya sudah genap 1 tahun mondok. Singkat cerita lebaran pun tiba, ada banyak teman baru ke rumah bersilaturrahmi tidak lain adalah teman teman dari pondok. Saya senang sekali karena selain mendapatkan ilmu dan pengalaman baru dari pondok, ada banyak teman-teman baru juga.

Kemudian setelh hari raya ke-7 teman-teman bilang begini di grup WA (Penanggung Jawab Beliau); "Tak E Geressah Belien Ponduk Lah Parak Knaak". Akhirnya untuk kembali ke pondok sudah didepan mata. Saya merasa malas untuk kembali untuk kembali akn tetapi saya berpikir jika saya tidak kembali saya kasihan terhadap orang tua saya, oleh karenanya orang tua saya sudah banyak menghabiskan uang selama saya di pondok. Dengan hal ini, yang membuat saya malas kembali ke pondok adalah ada salah satu santri senior yang seenaknya sendiri dalam berteman, Ocak Madhurenah roh deiyah; "Senneng Loppah Mun Sossa Nyapah". Sebut saja ia adalah Beliau. Oleh karena itu, yang saya rasakan selama 1 tahun di pondok beliau tersebut seakan-akan benarnya sendiri, orangnya kayak tidak mau dinasehati. Apalah daya saya yang cuma santri baru tidak bisa memberontak perlakuan beliau.

Untung saja saya tidak menjadi korban beliau, oleh karenanya saya dekat dengan senior yang sepantaran dengan beliau. Ia sangat respect kepada saya, ia juga selalu mengingatkan agar jangan terpengaruh dengan tipu daya beliau. Saya sangat beruntung sekali bisa dekat dengan dia, sebut saja dia "Mahasiswa" karena dia sudah mahasiswa. Wkwk.... saya selalu merenung dan berharap semoga setelah bale'an ini (kembali lagi ke pondok) beliau sudah tidak lagi di pondok (berhenti).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun