Alih-alih terus-menerus berselancar di media sosial, luangkan waktu untuk bertemu teman secara langsung, berpartisipasi dalam kegiatan organisasi, atau melakukan aktivitas di luar ruangan. Interaksi nyata lebih efektif untuk membangun hubungan emosional yang sehat.
4. Lakukan Detoks Digital
Sesekali, istirahatlah dari media sosial. Detoks digital bisa memberikan ruang untuk fokus pada diri sendiri, tanpa gangguan bahkan tekanan dari media sosial.
5. Minta Bantuan Jika Dibutuhkan
Jika merasa stres, cemas, atau depresi, jangan ragu untuk meminta bantuan teman, keluarga bahkan profesional di bidangnya. Bicaralah dengan teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental. Tidak ada salahnya meminta pertolongan ketika merasa kewalahan.
Dukungan keluarga dan lingkungan juga sangat penting. Orang tua bisa membantu anak-anak mereka memahami cara menggunakan media sosial dengan bijak. Di sekolah, pendidikan tentang literasi digital dan kesehatan mental sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum. Selain itu, pemerintah dan pengembang media sosial juga harus berperan dalam mengurangi dampak negatif, misalnya dengan mengatur konten atau membuat fitur yang lebih sehat untuk pengguna.
Media sosial adalah alat yang luar biasa jika digunakan dengan benar, tetapi juga bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan mental jika tidak dikelola dengan baik. Generasi Z, yang tumbuh besar di era digital, menghadapi tantangan ini setiap hari. Dengan kesadaran, pendidikan, dan dukungan yang tepat, mereka bisa menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan menjaga kesehatan mental. Pada akhirnya, menjaga kesehatan mental adalah tanggung jawab bersama baik individu, keluarga, maupun masyarakat. Dengan melakukan langkah-langkah sederhana secara rutin dan konsisten. Generasi Z bisa tetap menikmati media sosial tanpa harus mengorbankan kesehatan mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H